Orangtua Sibuk Berkarir Lupa Menemani Anak Bertumbuh, Anak Sibuk Dalam Kebebasan Melupakan Perhatian Orangtuanya

Fenomena orangtua yang demi karir melupakan anaknya sudah sekian lama kita temui. Kemudian anak-anak tumbuh dengan kurang perhatian, sehingga keluarga berantakan. Banyak drama kehidupan ini diangkat menjadi kisah dalam sinetron atau film.

ORANGTUA SIBUK BERKARIR LUPA MENEMANI ANAKNYA BERTUMBUH

Orangtua yang lebih sibuk mengejar karir dan kedudukan membuat tidak sedikit anak-anak yang kehilangan perhatian orangtua yang didambakan, sehingga lebih akrab dengan pembantu di rumah. Karena orangtua pergi pagi, pulang sudah menjelang tengah malam.

Yang menyedihkan, bukan hanya mengejar karir duniawian. Ada pula orangtua yang lebih sibuk mengejar karir kerohanian untuk melayani. Tapi anak-anak sendiri terlantarkan. Ini bukan omong kosong.

Para orangtua berpikir anak-anaknya sudah cukup diberi pendidikan di sekolah yang terbaik, memberikan kemewahan dan memenuhi kebutuhan apapun. Orangtua berpikir peran mereka dapat digantikan dengan segala benda yang diberikan.

Baca juga :  Menjaga Mulut sebagai Gerbang Diri

Digambarkan keadaan ini membuat anak-anak merindukan kehadiran dan perhatian orangtuanya. Itu ceritanya dulu.

Jaman semakin berubah. Tak mau kalah dengan orangtua anak-anak pun tak  kalah sibuk dengan dunianya. Menikmati kebebasan.

ANAK-ANAK TUMBUH TANPA KEHARMONISAN KELUARGA

Pada perkembangannya, anak-anak demi kebebasan sudah bisa melupakan kebutuhannya untuk diperhatikan orangtua. Asalkan semua kebutuhan untuk memenuhi gaya hidupnya terpenuhi. Ya sudah. Anggap saja semua itu adalah kebutuhan untuk bertumbuh.

Mereka sebagai anak yang sedang bertumbuh, kini bisa mencari perhatian dan mendapatkannya berpesta dengan teman sebaya atau mencari perhatian di dunia maya. Mereka bisa melupakan perhatian dari orangtuanya dengan kesibukan yang ada.

Baca juga :  Rajin-Malas

Orangtua dan anak menjadi makhluk asing dalam rumah. Masing-masing sibuk dengan dengan dunianya. Bapak sibuk berkarir dan mencari selingkuhan, Ibu menghabiskan waktu bersosialia dan berpesta, dan anak sendiri terlalu asyik di dunia maya dan pergaulan bebasnya.

Akhirnya tiada kerukunan dan keharmonisan di dalam keluarga. Waktu yang berharga untuk menciptakan kebersamaan hilang begitu sama. Pernikahan yang sejatinya merupakan membina keluarga sudah kehilangan maknanya.

Energi ini menyebar ke dalam kehidupan masyarakat. Kerukunan yang di damba semakin menjauh saja. Keharmonisan hidup antar sesama menjadi sesuatu yang berharga. Ujung-ujungnya kehidupan bernegara pun belum mencapai kedamaian.

Sebab para pemimpin lebih sibuk memikirkan kekuasaan dan kepentingan golongannya daripada kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Responses (2)

  1. sudah tidak ada kecocokan….bercerai….anak-anak mencari kehidupannya sendiri…

  2. begitulah kalau terlarut dalam kesibukan mencari materi, anak-anak yang seharusnya menjadi fokus perhatian, menjadi terlupakan karna urusan uang dan jabatan. Anaklah yang menjadi korban. Sebuah realita tentang kehidupan kota besar telah terpotret disini, agar kita jangan menyia-yiakan tiap detik waktu yang disediakan oleh Tuhan.

    Menarik bung http://ketikketik.com/wp-content/plugins/wp-monalisa/icons/wpml_good.gif

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *