Otak atau Nurani

heartandbrain
www.dreamstime.com

Sejatinya otak dan hati menjadi sahabat baik dalam keberadaannya sebagai tubuh kita yang bernama manusia. Bila otak dan hati saling mendukung, maka akan tercipta keselarasan dengan bertumbuhnya kerohanian kita.

Menggunakan Otak Dianggap Pintar, Dengan Hati Dianggap Bodoh

Seiring berjalannya waktu, perlahan tapi pasti otak ingin mengambil peran menjadi dominan. Peran hati semakin tersingkirkan. Logika yang dikedepankan.

Bisa menggunakan logika, maka kita dianggap pintar. Tapi dengan hati bisa-bisa dianggap bodoh. Bisa juga malah dianggap sok baik, sok bijak.

Sudah umum kita mendengar atau membaca pernyataan ini: Buat apa saya minta maaf, karena saya tidak salah!

Ketika logika yang bekerja, maka akan dianggap sebuah kebodohan kalau tidak bersalah malah minta maaf. Padahal bisa saja ketika kita merasa benar dengan tindakan kita ada kesalahan di baliknya.

Baca juga :  Lebih Baik Hujan Emas di Negeri Orang

Ketika logika yang di kedepankan, maka hitungannya adalah untung rugi. Baik dibalas baik. Jahat dibalas jahat. Ini dianggap tindakan orang pintar.

Tetapi kenyataannya dengan semakin bekerjanya logika, kepintaran justru semakin menenggelamkan nurani. Bahayanya egoisme semakin berkuasa. Tanpa lita sadari hal ini membahayakan kelangsungan hidup manusia itu sendiri.

Ajaran Luhur Para Suci Mengedepankan Nurani

Saat merayakan Idul Fitri umat Islam diajarkan untuk saling memaafkan. Sekalipun baru bertemu dengan seseorang yang belum dikenal saling memaafkan tetap berjalan. Tidak peduli ada salah atau tidak. Apakah pada saat itu ada yang merasa gengsi untuk salaman dan saling meminta maaf?

Ada juga ajaran yang mengatakan: Bila ada yang menampar pipi kirimu, berikan pipi kananmu. Nah, secara logika. Bukankah itu tindakan bodoh?

Baca juga :  Memandang Dunia, dari Sudut Mana Engkau Melihat

Secara logika seharusnya bila ada yang menampar pipi kirimu, maka tamparlah pipi kanan orang yang menampar itu biar impas dan adil. Tetapi ajaran para suci yang mengedepankan hati nurani, akan mengajarkan untuk mengasihi mereka yang menyakiti kita.

Namun ajaran moral yang bertujuan untuk melahirkan hidup yang damai ini seringkali mendapat penolakan dari logika dengan perlawanan melakukan perbuatan yang bertolak belakang.

Pilihan memang ada pada kita masing-masing untuk lebih mengeksploitasi alam pikiran yang membuat kita semakin pintar atau menyelami samudra nurani untuk menemukan air suci kasih sayang di dasarnya.

Responses (2)

  1. Ya… ampun, kalau ada yang nampar pipi kirimu, balas saja tampar pipi kanannya.
    wkwkwkwkwk…. #jangan diikuti ya.

    Vote, bermanfaat dan inspiratib

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *