“Ngapain sih kamu kesini?” kata Nara gusar memandang sosok dihadapannya.
Yang ditatap hanya cengar cengir, “Jemput kamu, sayang!”
“Sayang, sayang PALA LO PEYANG!”
“NARESWARI!!”
Nara tersentak mendengar namanya disebut lengkap oleh sang mama.
“Mama nggak pernah ngajarin kamu ngomong kasar kan?”.
“Maafin Nara ya, Kai?”
Kaisar, pemuda yang pagi- pagi sudah dijuteki Nara hanya mengangguk. Dia sendiri merasa tak enak hati karena gara- gara dirinya Nara harus ditegur mamanya.
“Maaf Tan, saya juga yang salah kare…”
“Sadar diri!” potong Nara ketus.
“Nareswari,” tatap tajam sang mama.
“Sudah- sudah, lebih baik kita sarapan saja,” ucap papa Nara menengahi.
“Ayo Kai, kamu juga ikut sarapan,”
Kaisar tersenyum menatap Nara.
Nara memutar bola matanya kesal, mau lo itu kan.
“Udah entar di kantor aja Pa, Nara udah kesiangan,” sahut Nara cepat dan segera disalaminya kedua orang tuanya.
“Tapi kan…”
“Dah mama, dah papa. Assalamualaikum,” pamitnya cepat dan melangkah keluar.
“Eh Nara, tunggu!” ucap Kaisar, ia tahu Nara menghindarinya. “Maaf, om tante saya duluan, makasih tawarannya. Next time mungkin, Assalamualaikum.” pamitnya pada kedua orang tua Nara dan setengah berlari menyusul kepergiaan Nara.
Kedua orang tua Nara menggeleng- gelengkan kepala melihat tingkah keduanya, “Walaikumsallam,” sahut mereka pelan. Anak muda.
“Tak….,” belum selesai ia memanggil taksi yang akan mengantarkannya ke kantor, ia merasakan tangan besar membekap mulutnya dari belakang.
Dengan kesal disingkirkan tangan tersebut. Dibalikkan tubuhnya.
“Apa sih mau lo?”
Kaisar tertawa. Ah, gadis ini benar- benar berbeda, batinnya.
“Ngapa sih? Pake ketawa- ketawa lagi?” tanya Nara semakin kesal.
Kaisar tersenyum. Diraihnya tangan kiri Nara. “Ayo berangkat, nanti telat!”
“Apa- apaan sih, siapa yang mau berangkat sama lo!” Nara berusaha melepaskan genggaman Kaisar, namun sia- sia karena Kaisar memegangnya erat. Kaisar bahkan mendorongnya masuk mobil.
“Udah masuk ah, kamu ni berisik banget ya!”
Nara mencibir. Udah didorong masuk juga, gerutunya dalam hati.
Sepanjang perjalanan keduanya hanya membisu.
Harinya akan buruk, batin Nara. Pagi- pagi ia harus berurusan dengan orang yang enggan ditemuinya. Sial.
Laki- laki ini tak menyerah ternyata, benar- benar pantang ditolak.
Nara merutuki bosnya yang mendadak menugaskannya menggantikan Rian, rekannya untuk menjadi editor dari buku yang ditulis Kaisar, biografi aktor muda berbakat dan terkenal yang tak lain tak bukan dirinya sendiri.
Kenapa gue sih, ucap Nara dalam hati.
“Nggak usah menyesal pertemuan kita,” ucap suara disebelahnya membuyarkan pikiran Nara.
Nara menoleh. Ditatapnya Kaisar seksama. Dia ini cenayang, kok tahu pikiran gue, batinnya.
“Nggak usah mikir aneh- aneh,”
Tuh kan, ucapnya dalam hati seraya mengalihkan pandangan ke depan.
Kaisar tertawa kecil, “Ekspresi kamu tuh gampang ditebak, sayang.”
Nara mendelik mendengar panggilan yang nggak banget, menurutnya.
“Kan udah aku bilang, kita kan soulmate,” ucap Kaisar menambahkan.
Nara bergidik. “Soulmate sama player kaya lo, OGAH!”
“Astaga Nareswari, aku harus bilang berapa kali kalau aku bukan player,” bantah Kaisar kesal. Gara- gara infotainment ini, gerutunya dalam hati.
Nara mencibir.
“Nara, kamu percaya gosip- gosip murahan itu?” tanya Kaisar lembut.
Nara melengos. “Entahlah,” sahutnya pendek.
“Nara, berapa kali harus kubilang, mereka hanya rekan kerjaku saja. Tak lebih. Hanya kamu perempuan yang kucintai.”
“Nggak usah ngegombal sama gue, nggak mempan!”
Kaisar terkekeh, “Udah tahu! terus gimana dong biar kamu percaya?”
Nara memandang Kaisar, “Pikirkan sendiri! Katanya jenius!”
Kaisar terbahak, gadis ini benar- benar berbeda. Selama ini para gadis mengejarnya karena ketenarannya, sedangkan Nara tak peduli pesonanya sama sekali. Sosok Nara yang apa adanya telah menambat hatinya di awal pertemuan mereka beberapa bulan lalu. Nara, gadisnya yang dicarinya selama ini. Tiba- tiba terlintas ide,,,
“Loh kok, kita balik arah?” tanya Nara panik menyadari mobil Kaisar memutar kembali kejalanan semula, bukannya lurus menuju kantor.
“Tahu nggak kita tuh jodoh beneran deh,” ucap Kaisar santai.
“Kai, gue bisa telat!” ucap Nara kesal, bukannya menjawab pertanyaan Nara, Kaisar malah mengatakan hal yang nggak nyambung.
“Namaku kan Kaisar, nama kamukan Nareswari. Berarti kita pasangan,”
Nara mengernyitkan dahi. Kaisar dan Nareswari. Raja dan Permaisuri. Maksudnya??
“So, sekarang kita kerumah kamu, aku mau melamar kamu menjadi permaisuriku selamanya,”
Ucapan Kaisar sukses membuat Nara ternganga tak percaya.
(ISL)
Kalianda, 4 Januari 2014
ps. Hehe, say thanks admin karna saya terpilih the best 5 lomba opini. Nggak nyangka, lah ide nulisnya juga ndadak. *beneran*
Well, yang udah ngeVote, terima kasih tentunya saya ucapkan. Yang belum, bantuin dong! Silahkan dibuka linknya.hehehe…
Wkwkwk, terima kasih sebelumnya. :-).