
Sebelumnya saya sudah pernah menceritakan tentang investasi masa depan dan terjerat mas yoga. Banyak hal yang saya pelajari sejak mengikuti yoga. Terutama adalah memelihara kedamaian dalam hati. Walaupun pertama mengenal yoga, terus terang saya sendiri pesimis dan menganggap olah tubuh ini hanya sekedar rekreasi bagi orang – orang yang memiliki dana lebih. Karena sifatnya yang khusus, perlengkapan yang beraneka dan trainer yang juga terkesan exclusive. Sejak mengikut ‘master merry’, saya merasa kian mengerti bahwa yoga lebih dari sekedar olah raga. Ada rasa tenang, damai dan bahagia dalam melakukannya. Terdapat banyak filsafat di dalam melakukan yoga.
Saya terpaksa menyembunyikan kenyataan dari seorang sahabat bahwa saya berlatih yoga. Mengapa? Ia menentangnya habis – habisan. Menganggap mengikuti yoga artinya mengkhianati ajaran agama dan bisa jadi membuka ‘cakra’ atau mata ketiga ketika ilmunya sudah lanjut. Mungkin! Tapi ilmu saya masih cetek dan masih jauh hingga kesana. Saya tak mau berandai – andai dan membuang waktu untuk tidak berolah raga. Sementara saya tidak bisa volley, tidak suka bulu tangkis, males jogging sendiri dan segudang alasan enggan untuk olah raga lainnya. Maka saya tetap mencari dan mengikut yoga. Teringat ‘Pergilah kemana hati membawamu’, yang adalah sebuah buku lama karangan Suzanna Tamaro. Bagi saya judul buku saja sudah ‘menyuarakan’ apa yang harus saya lakukan. So do it, I love yoga!
Mengikuti kelas master merry cukup berat. Sebelumnya dengan Losya, saya belajar semi private atau one on one trainer dan siswa, karena muridnya sedikit. Jadi keseimbangan, perbaikan pose dan kelenturan tubuh mudah terbaca dan dikoreksi oleh trainer. Sementara ketika mengikuti kelas master merry, saya adalah satu diantara 80-an siswa! Siapa yang mau mengoreksi? Bagaimana kalau saya terkilir? Cara Merry mengajar sangat mandiri. Ia akan memberi contoh diatas tribune kecil, lalu kita dipersilahkan mengamati. Kemudian ia akan memberikan perintah ‘lakukan’! Dan bukan sekali dua kali, bisa sampai puluhan kali. Saya pikir saya bisa mati kehabisan nafas karena mendadak harus berlatih seperti dinas ketentaraan, seperti G.I. Jane! Memang, pertama kali ikut kelas master merry setelah latihan, saya tidur sekitar dua – tiga jam seperti orang mati. Capek luar biasa! Tapi lama – kelamaan ritme tubuh menyesuaikan dengan latihan teratur dan jadi seimbang.
Menurut saya melakukan yoga sangat baik bagi para penulis, karena sering menulis dan duduk lama di depan komputer. Penulis cenderung berdiam pada pose yang sama selam berjam – jam. Demikian pula pekerjaan kantor lain yang banyak menghabiskan waktu berdiam pada posisi sama. Dengan yoga otot tubuh akan dilatih. Pelatihannya bisa menyeluruh karena otot – otot yang tersembunyi pun akan ditwisting (dipuntir) perlahan agar tertarik dan kuat. Yoga memang fokus pada melatih kekuatan otot tidak dengan beban (bukan body building/ fitness) , tetapi dengan tubuh itu sendiri. Jadi kalau tidak kuat atau salah melakukan gerakan, dengan insting kita akan berhenti dan diam. Tidak memforsir tubuh, hanya melatih untuk terus lentur dan menguatkan otot. Dalam latihan, kata – kata yang sering diucapkan master merry adalah, “Beri perhatian pada tubuh Anda. Jika terasa sakit atau tidak pas dalam melakukannya. Artinya ada yang salah pada pose Anda. Perbaiki dahulu.” Ini dapat saya artikan juga dalam kehidupan, “Jika hati Anda terus merasakan was-was dan bimbang. Artinya ada yang salah pada keputusan atau sikap yang telah Anda ambil. Perbaiki dahulu perilaku Anda!”
Yups setuju, sebenarnya tubuh secara jelas memberikan rasa nyaman atau tidak nyaman dengan apa yang kita lakukan, masalahnya adalah kita tanggap dalam hal ini, kalau saya lebih tertarik meditasi untuk ketenangan dan keheningan, mungkin suatu saat juga perlu belajar yoga hehhe apalagi kalau Ci Jo yang ajari
ya meditasi juga oke boss kate, duh maaaf..saya masih murid yoga, belum jadi guru.. :alay