Gaya  

Pemilu yang (Selalu) Bikin Pilu

kotaksuara
www.tribunnews.com

Sampai saat ini, yang namanya politik uang menjelang Pemilu masih menjadi pilihan nomor satu. Omongan agar menghindari politik uang cuma basa-basi. Para calon legislatif (caleg) atau partai demi untuk mendapat suara selalu saja dengan mengandalkan politik uang dan omong kosong di atas panggung. Tak ketinggalan dengan acara goyangan dangdutan untuk membuai.

Bagi sebagian masyarakat pemilih sendiri politik uang yang dilakukan para caleg atau partai politik bagaikan berkah sesaat yang ditunggu-tunggu. Setiap ada pembagian amplop atau sembako tak ditolak, soal mau pilih atau tidak urusan belakangan.

Ada yang mengabarkan kalau di kampungnya menjelang Pemilu. 9 April yang lalu, para caleg melalui tim suksesnya ramai-ramai dengan ‘serangan fajar’ alias acara bagi-bagi uang atau sembako. Katanya, ia kebagian jatah mie instan empat bungkus.

Gara-gara sudah terbius dengan yang namanya politik uang, ada yang berkeluh-kesah dan ngambek tak memilih karena tak kebagian serangan fajar atau tak dapat jatah amplop. Malas ah milih, begitu katanya.

Pemilu yang diadakan setiap lima tahun sekali memang selalu diiringi dengan kisah pilu dengan hanya bagi-bagi uang dan sembako untuk menarik simpatik. Itu yang hanya bisa dilakukan sebagian besar caleg.

Hampir tidak terdengar atau terbaca prestasi para caleg itu bagi masyarakat yang bisa menjadi rujukan paten untuk dipilih. Hampir tak pernah juga kita menemukan para caleg yang berani memaparkan visi dan misinya. Kemudian konsekwensinya apabila tak bisa diwujudkan.

Miris memang, acara untuk memilih wakil rakyat dan pemimpin bangsa kemudian lebih mirip dengan acara sekadar bagi-bagi uang dan sembako. Sepertinya memang sudah jadi menu wajib dalam setiap Pemilu. Termasuk dalam Pemilukada yang sepanjang tahun ada.

Walau demikian, masih terdengar suara lugu seorang karyawan di tempat saya kerja. Ia bertanya,”Dosa gak ya kalau saya milih, ternyata caleg yang saya pilih nantinya korupsi?”

Sebab memang sudah bukan rahasia lagi, kalau para caleg mau bagi-bagi uang bukan sembarangan. Tentu mereka berharap nanti akan mendapat keuntungan yang lebih. Tak heran kalau ada caleg yang gagal kemudian stress berat. Mau untung jadi buntung masalahanya. Akhirnya masuk Rumah Sakit Jiwa. Memilukan, bukan?

Respon (2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *