Tanggal 17 Agustus, sebenarnya telah menjadi angka keramat bagi bangsa Indonesia. Bagaimana tidak? Tanggal tersebut telah menjadi momentum paling bersejarah bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di Bumi Pertiwi ini. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa pada tanggal tersebut dua serangkai Ir. Soekarno dan Mohamad Hatta telah memproklamirkan negeri ini bebas dari segala bentuk penjajahan. Akan tetapi, setelah 68 tahun merdeka bangsa ini masih terbelenggu dengan berbagai permasalahan bangsa. Segala bentuk permasalahan bangsa ini pula yang akan menghambat kemajuan negeri ini. Salah satu tantangan pendidikan yang juga bisa mengahambat laju kemerdekaan ini.
Dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia ke-68 ini mari kita merefleksikan pendidikan yang ada di Indonesia. Insan pendidikan pun mulai berpikir dan mencari-cari apa saja yang sudah disumbangkan dalam bidangnya dalam rangka mengisi kemerdekaan. Sehubungan dengan hal tersebut, terpikirkanlah bahwa waktu 68 tahun ternyata belum cukup untuk mewujudkan cita-cita pendiri bangsa ini. Mungkin diperlukan satu abad kemerdekaan Indonesia barulah kesejahteraan dapat tercapai. Dengan demikian siapa orang-orang yang akan memimpin negeri ini setelah 100 tahun Indonesia Merdeka? Tentu jawabannya adalahorang-orang muda yang saat ini duduk di bangku sekolah tingkat SMP dan SMA. Dengan demikian sangatlah berat tanggung jawab para pendidik untuk menyiapkan mereka ini. Harapannya mereka ini menjadi orang-orang yang mandiri, kompeten, dan tentunya mampu berpikir logis serta memiliki itegritas terhadap tanah air.
Dalam rangka menuju 100 tahun Indonesia merdeka ini, banyak faktor yang dapat menentukan keberhasilan pendidikan. Tentu dalam hal ini guru masih memiliki peran penting walau bukan peran sentral. Mengapa demikian? Sebagai tenaga pendidik memang secara kemanusiaan guru mempunyai peran menentukan hasil generasi muda di masa yang akan datang. Oleh karena itu guru memang dituntut harus profesioanal, berwawasan luas , dan tentunya juga harus mengikuti perkembangan zaman termasuk perkembangan teknologi. Namun demikian, guru bukanlah satu-satunya sumber keberhasilan siswa. Ada beberapa faktor yang akan mendukung keberhasilan pendidikan menuju 100 tahun Indonesia merdeka.
Penguasaan Teknologi
Era digital adalah era atau zaman yang segala sesuatu sudah mengandalkan teknologi. Penguasaan ilmu-ilmu yang berbasis teknologi menjadi suatu hal penting bagi siswa. Apabila mereka tidak memahami ilmu pengetahuan yang berbasis pada teknologi baik itu dalam bidang seni, sosial,ekonomi, saint, maupun matematika, maka mereka akan sangat ketinggalan. Ilmu-ilmu tersebut harus atau wajib dikuasai oleh para siswa agar mereka dapat terlibat langsung sebagai individu anggota masyarakat. Berdasarkan kemampuan tersebut seorang siswa akan dengan mudah memahami kondisi lingkungannya sehingga dengan mudah pula dapat berperan aktif dan memanfaatkan setiap peluang. Apabila siswa memahami dan mampu memilah penggunaan teknologi informasi ini secara bijaksana, niscaya dia akan menjadi orang yang cerdas dan siap bersaing di dunia secara global.
Kemampuan Intelektual
Kemampuan secara intelektual tentu tidak semata-mata diukur dari kemampuan akademis. Siswa yang memiliki intelektual yang matang tentu akan dengan mudah mampu beradaptasi dan mampu mengarahkan dirinya. Siswa ini akan mampu merespon secara positif terhadap setiap perubahan yang terjadi di masyarakat. Dia tidak hanya sekadar responsif tetapi akan dengan mudah beradaptasi dengan segala perubahan. Dengan sendirinya dia juga tidak akan mudah stres tetapi menghadapi setiap tantangan manjadikan peluang untuk keberhasilan dirinya.
Selain itu, siswa yang memiliki kemampuan intelektual yang tinggi ini cenderung akan menjadi lebih kreatif. Kreativitas yang tinggi tentunya menjadi salah satu kunci keberhasilan di era globalisasi ini. Pemahaman yang baik terhadap situasi dunia serta pemahaman budaya menjadi modal bagi mereka. Anak-anak seperti ini akan cenderung lebih berani mengambil risiko dalam mengambil suatu keputusan. Hal ini dipengaruhi rasa ingin tahu yang begitu besar terhadap hal-hal yang dianggapnya baru dan tentunya dianggap memiliki tantangan. Tantangan itulah yang mereka anggap sebagai proses pembuktian diri bahwa mereka mampu mengatasi masalah. Dengan kematangan inteletual yang mereka miliki inilah seorang siswa akan mampu mendisiplinkan dirinya sendiri, tanpa harus memalalui paksaan orang lain seperti halnya dari orang tua atau guru. Anak yang memiliki kematangan intelktual ini pula yang siap untuk menjadi pemimpin.
Kemampuan Interaksi
Kemampuan mengenali diri sendiri menjadi hal yang sangat penting. Ketika mereka mampu mengenali dirinya secara baik, maka hal ini akan menjadi modal yang sangat baik pada saat mereka harus berinteraksi secara sosial. Dalam interaksi sosial ini mereka juga akan belajar bekerja sama dalam satu kelompok atau yang lebih kita kenal dengan team work. Dalam kerja sama ini mereka akan memanfaatkan kemampuan dan keahlian setiap individu agar mereka dapat mencapai hasil yang optimal. Dalam kerja sama ini siswa secara bertanggung jawab akan mengaplikasikan pengetahuan dan pengalamannya. Kemampuan interaksi dan team work yang baik ini diharapkan mampu menghasilkan karya yang berdaya guna bagi masyarakat atau dunia. Dengan demikian, siswa ini mengalami kematangan emosional sehingga sanggup berinteraksi dengan diri sendiri maupun dengan dunia luar secara baik dan benar.
Agar seseorang dapat berinteraksi dengan baik, maka tuntutan penguasaan bahasa asing juga menjadi kunci utama. Kenapa bahasa menjadi sangat penting? Dalam era globalisasi atau era keterbukaan ini segala sesuatu sudah tidak ada batasan. Seorang pemimpin tentu memerlukan interaksi yang baik dengan berbagai pihak. Penguasaan bahasa yang baik dan santun tentu akan menjadi sarana komunikasi yang sangat menarik lawan bicara. Oleh karena itu pemimpin di masa yang akan datang juga harus menguasai berbagai bahasa agar bisa bersaing secara global. Kita bisa menganalogikan penguasaan bahasa yang baik dengan kepemilikan kunci yang sudah di tangan. Tentunya pemegang kunci bisa dengan mudah membuka pintu mana yang dia inginkan.
Karakter
Karakter akan menjadi poin yang sangat penting setelah beberapa unsur di atas. Karakter atau kepribadian akan menentukan keberhasilan bangsa ini. Pemahaman tentang pengetahuan, intelektualitas, dan kemampuan iteraksi sosial yang baik tidak akan membawa dampak yang siknifikan jika tidak disertai dengan karakter yang baik pula. Semua akan sia-sia dan cita-cita pendiri bangsa ini pun akan jauh dari jangkauan. Pemahaman tentang nilai-nilai dan norma-norma kehidupan menjadi poin penting untuk dimiliki dan dipahami generasi penerus bangsa ini. Harapannya tentu agar mereka nantinya mampu mengimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Apabila kita sudah sanggup menciptakan siswa-siswa yang demikian ini, tentunya kita akan sangat berbangga hati. Siswa-siswa seperti inilah yang akan disebut dengan siswa yang berkualitas. Orang-orang muda berkualitas inilah yang tentunya diharapkan oleh bangsa dan negara ini. Mereka inilah yang akan sanggup memimpin negeri ini pada saat 100 tahun Indonesia Merdeka nanti, bukan sekadar terjebak dalam euforia dan kegembiraan yang semu. Namun, pertanyaannya apakah pendidikan di negara kita tercinta ini sudah mampu menghasilkan anak-anak dengan kriteria di atas? Jawabannya tentu masyarakat yang bisa menilai. Akan tetapi, setidaknya ketika kita secara bersama-sama menyadari akan hal ini, kita punya goal setting, tinggal bagaimana kita mau berusaha merealisasikannya. Waktu 32 tahun tentu bukan waktu yang lama lagi untuk mencapai goal setting. Mewujudkan 100 tahun Indonesia Merdeka dengan masyarakat yang aman, sejahtera, dan berbudaya harus kita mulai dari pembenahan pendidikan di negeri ini. Merdeka! Merdeka! Merdeka! Salam-AST