Saya masih ingat dulu waktu bekerja sosial. Tanpa dapat gaji. Kalau buat makan kapan saja dapat. Bangun pagi-pagi sudah mulai beraktivitas kadang sampai tengah malam. Senang-senang saja.
Selagi ada pekerjaan, semua dilakoni dengan senang hati dan semuanya tanpa mendapat bayaran. Jadi sopir, mengepel, memperbaiki bangunan yang rusak, sampai bicara di atas mimbar.
Pernah pagi-pagi sekali, sekitar jam empat dibangunkan untuk menjemput teman di Serang karena dalam perjalanan pulang dari Lampung mobilnya mogok. Tanpa protes dengan semangat empat lima langsung starter mobil. Walau masih terkantuk-kantuk.
Selama itu apa saja saya kerjakan tanpa pernah perhitungan. Semakin banyak yang bisa dikerjakan semakin senang.
Tetapi ketika memasuki dunia kerja yang mendapat gaji. Ada perasaan berbeda dalam bekerja. Ada beban. Kalau disuruh kerja yang bukan bagiannya ada perasaan kesal.
Karena tidur di mess dalam area perusahaan, saat malam dibangunkan ada perusahaan tidak senang. Bagaimana tidak, sedang indah-indahnya mimpi ketemu Luna Maya jadi bubar acaranya?
Kenapa bekerja tanpa dibayar bisa dengan senang melakoni, sebaliknya bekerja dibayar malah setengah hati? Ini masalah hati yang menyikapi. Antara pengabdian karena panggilan hati dan bekerja untuk mencari materi.
Indahnya hidup kalau bisa menjadikan apa yang kita lakukan sebagai pengabdian dan hasilnya di kemudian hari dianggap sebagai bonus.
boss..ini diedit kaliii?? salah ketik.. –> saat malam dibangunkan ada perusahaan tidak senang. PERUSAHAAN atau PERASAAN? hehe.. salaman yooo :kr