Ada hal – hal dan juga orang – orang yang pergi berjalan menghilang dari kehidupan kita. Lalu mereka tak pernah kembali. Apakah terpikir apa sebenarnya alasan mereka untuk pergi? Hal – hal yang menghilang bisa jadi adalah sikap rendah hati, kesabaran, logika dan kejujuran. Sementara orang – orang yang menghilang mungkin saja bekas kekasih, mantan pasangan, ex sahabat, rekan yang penolong dan sebagainya. Sikap arogan kadang menghalangi kita untuk introspeksi diri, “Kenapa gue jadi gini ya? Kayaknya gue udah bener kok?” Atau,… “Kenapa gue ditinggalin ya? Padahal gue enggak ada salah?” Hmmm, ..kalau ada yang meninggalkan Anda, pasti ada yang salah dong!
Lalu pikir kembali kesalahannya dimana? Apakah mereka yang salah? Atau kita yang salah? Sekarang sudah sukses, jadi nggak perlu sok rendah hati, tokh rumah mewah sudah terbeli dan mobil terbaru sudah ada di garasi. Sabar itu udah kuno, jaman sekarang siapa cepat dia dapat! Kalau sabar dapatnya cuma diinjak – injak orang lain. Logika? Itu hal yang paling gampang diputarbalikkan. Gunakan kata – kata yang berbelit sulit dengan berbagai istilah, pasti yang mendengar kebingungan dan bakal mudah untuk dimanipulasi. Logika itu bisa dimanfaatkan untuk menipu kok, gak perlu terlalu jujur. Jaman sekarang jujur bisa jadi hancur!
Kemudian orang – orang yang pergi menjauh. Bekas kekasih? “Ya wajar namanya pacaran kalau nggak cocok, bubar saja. Anggap saja belum jodoh. Biarkan saja dia pergi!…” Tanpa penalaran bahwa bekas kekasih sakit hati karena kita kasar dalam bercakap dan sama sekali tidak memiliki atensi. Siapa juga yang mau jadi kekasih? Lalu bekas istri atau bekas suami. “Waduh, … udah boros, merugikan, cari duitnya senin-kemis, diajak komunikasi bawaannya nyolod ngajak berantem muluk. Bikin pusing, … udah cere aja deh akh!” Kayak nggak ada orang lain aja dimuka bumi ini? Sahabat yang dulu setia mendengarkan, lalu lama – lama jarang muncul. Kalau berjumpa pasang muka enggan. Apa pasal? Rupanya udah bosen tiap ketemu, kita ngeluh aja bawaannya. “Gaji kurang, biaya hidup membludaks, masalah ngantre. … Gue kudu gimana?” Doa sampe berseri juga nggak ada jawaban dari Tuhan. Rekan kerja yang biasanya kompak sekarang acuh dan nggak mau bantu. Kalau ngomong seperlunya doang, kayak alergi melihat kita. Kenapa ya?
Ya-ya-ya, … saatnya introspeksi. Kenapa semua amburadul. Menghimpit, mengancam dan menekan. Kita yang kurang membuka diri untuk rejeki dan anugrah dari Tuhan barangkali? Untuk kekasih yang mencintai, kita anggap biasa saja tidak terlalu istimewa. Untuk suami atau istri, kita anggap kalau sudah jengkel dan bosan bisa langsung diganti seri berikutnya. Untuk sahabat, kita anggap tong sampah. Pokoknya mau ngomong apa tugasnya hanya mendengar. Padahal mungkin sahabat ingin membantah argumen, memberikan masukan dan gagasan baru. Tapi kita ngeyel, tidak bisa dinasihati. Lalu rekan sekerja. Sudah lelah dengan pekerjaannya sendiri, masih bersedia menolong. Kita anggap pertolongan itu biasa saja. “Lha, wong memang jobdesc dia ada hubungannya ama pekerjaan gue. … Udah tugas dia dong bantuin gue!”
Whelhadalah,….pantas saja semua kabur menjauh. Dursasana seribu muka sedang merasuki diri. Sikap-sikap dan sikap. Arogan dan sekehendak hati? Akan sangat berpengaruh terhadap bagaimana orang lain bersikap balik pada kita. Value-value-value, … nilai kehidupan yang kita rangkum dalam diri kita sebenarnya apa? Egois dan materialistis? Ya, jangan heran kalau akhir – akhir ini banyak sekali yang pergi menjauh dan tak kembali. Mereka juga akan menghitung untung ruginya berelasi dengan kita. Bisa kapok!
Saya adalah tipe orang yang mudah kapok. Jika sudah menyerah dengan seseorang atau suatu keadaan, rasanya ogah, malas, enggan dan tak punya tenaga untuk kembali lagi. Mengapa? Karena upaya dari saya sudah maksimal. Bagi saya hal ini bukanlah menyerah tetapi berpindah pada hal baik berikutnya. Mengetok pintu yang lain dan membuka halaman selanjutnya. Memaafkan itu mudah. Tetapi terus – menerus menghadapi sikap buruk yang sama rasanya seperti membuang satu gunung kesempatan dari secuil keabadian. Anda mengerti maksud saya? Jika kita membuang – buang waktu untuk orang atau pekerjaan yang tidak kita cintai, sucks! Sedangkan kita ini tidak abadi. Maka tak heran, banyak yang pergi menghilang dan tak kembali lagi. Karena tak ingin mempertaruhkan waktu yang hanya sedetik di keabadian. Jangan sia – siakan sikap baik yang ada dalam diri dan orang – orang penyayang yang ada di sekitar kita. Takutnya, .. suatu hari nanti mereka pergi dan takkan pernah kembali,…
foto: www.idlehearts.com
Masuk akal, kalau saya sudah gak sreg dengan seseorang, maka saya tidak akan mendekat ataupun menjauh hehhe
jadi gimana itu, statis dan membisu aja ya?