Keembali ke desa Rangkat itu bagaikan sebuah mimpi. Bagaimana tidak, setelah bertahun tahun hidup di hutan,Ken lupa dengan yang namanya desa berserta isinya. Gedung balai desa Rangkat yang seperti apa juga sudah lupa, itu dibangun oleh orang orang desa atau mintabantuan si Bandung Bondowoso. Seperti yang sudah banyak diceritakan, saat melamar si Roro Jonggrang, dalam semalam ia mampu membangun 999 candi.Semestinya ada seribu, tapi karena akal kancil si pujaan hati, para pembantu ifritnya lari tunggang langgang, sehingga kurang satu dari perjanjian hitam di atas putih dengan sang dewi. Jadi mikir, apa jangan jangan Ken itu si Bandung itu sendiri. Tapi gelap gulita isi kepala ini. Kata orang ken sudah terkenainsomnia kelas berat. Seberat mike Tyson.
Awal mulanya, Ken celingukan. Lalu ketemu penduduk yang mengaku bernama Acik. Atas kebaikannya, dia sedikit menceritakan tentang desa Rangkat yang indah kayak sorga. Ujung ujungnya dia berkata,” Kalau Ken mau inget semua, ayo ke balai desa saja. Ntar aku bantu mengurus KTP. Sebenarnya sih yang ngurusi KTP itu cici Kim, Tapi karena aku kasian ama kamu, biar tidak kelamaan, aku bantu deh. Cukup kamu kasih uang rokok saja, eh uang lisptik saja ya. “ Katanya dengan senyum khas orang orangyang di kantor polisi pas mau buat SIM.
“Ok deh, tapi maaf, saya tidak tahu seberapa buat beli lipstick, juga tidak punya uang cash. Gimana kalau barter saja.
“Pake apa?” Tanya Acik Rangkat
“Nanti saya kasih tahu sebuah tempat di dalam hutan yang ada harta Qorunnya.”
“Harta Qorun apa?”
“ya Harta Qorun, masak tidak faham?”
“Ehmmmm, baiklah, tapi awas ya jangan sampe ingkar janji” Kata Acik meskipun dalam hati masih berpikir harta Qorun itu apa. Apa bedanya dengan harta karun. Tapi kalau mau bertanya lebih jauh, merasa gengsi, masak sebagai broker tidak tahu tentang masalah itu.
Dalam perjalanan ke balai desa,Ken dan Acik ketemu seorang perempuan berkacamata yang anggun berjilbab kuning. Dia berhenti dan bertanya padaAcik, “ Cik siapa dia?” Sambilmengarahkan wajahnya ke Ken yang masih celingukan melihat suasana desa. Biasanya dia mlihat pohon pohon yang terbuat dari plastic. Atau tembok tembok dari baja,di desa dia melihat pohon yang sebenarnya. Tidak ada pancang besi dan baja. Yang ada anyaman indah dari bamboo.Terasa sangat menyejukan.
“tidak tahu mbak, sttt, ini kayaknya orang ilang deh, lumayan bisa jadi “client”. Bisa tambah ngepulkan dapur.” Bisik Acik ke perempuan itu sambil kedipkan matanya. Perempuan itu melihat ke Aciksambil geleng gelengkan kepalakau Cik, yang ada Cuma bisnis saja!”
Ken mengalihkan pandangannya keperempuan berjilbab kuning tersebut. Mengeryitkan dahi. Seperti mencoba mengingat sesuatu.
“Njenengan siapa?” Tanya Ken.
“Aku Marla, kamu sapa? Sepertinya kamu orang baru di desa ini ya? Selamat datang yang di desa ini.” Kata Marla dengan ramah.
“Saya Ken, saya sebenarnya pernah jadi penduduk sini, tapi skrg lupa semua, mungkin kelamaan di hutan.”
“keluarga kamu sapa?”
“Tidak punya, dulu pas pertamakali masuk, juga karena kesasar.” Jawab Ken polos.
Dengan wajah teduh perempuan yang bernama Marlai tupun timbul rasa kasih. “Gimana kalo kamu jadi anakku saja? Agar kamu tidakmerasa sendirian di desa ini?”
Ken menatap takjub. Ternyata ada orang yang berhati sebaik perempuan bernama Marla.
“Panggil saja aku emak Marla.”Katanya sambil senyum. Sementara Acik terkaget. Waduuhh cilaka ini, bisa bisa bisnis yang sedang dijalaninya bisa berantakan. Emak Marla khan sudah tahustandar pembuatan KTP. Jadi kalau mau digelembungkan pasti tahu. Kalau orang balai desa sih bisa diakalin. Cici Kim Foeng dikasih ketoprak satu piring sudah happy. Emak Asih sebagai sekdes, asal kelengkapan dah ada, tidak banyak protes. Pak kades Ibay, asal dikasih kecupan di bibi pasti mau teken. Biasanya kalau pak kades itu minta jatah kecupan. Tapi berhubung di ruangan yang gelap, Biasanya Acik kecup diwakili dengan boneka Chucky yang sudah dikasih lipstick merah jambu. Dengan wajah khawatir Acik segera berkata,
“Mbak, sudah dulu ya, kami mau ke bale desa, mbuatin KTP, biar Ken ini tidak kena razia KTP oleh satpol PP. Kasian khan orang insomnia kok jadi korban satpol PP.Ntar malah dikirim ke RSJ lagi.” Kata Acik.
Belum sempat Mak Marla berkata,Acik sudah mendorong ken untuk melangkah pergi. Baru selangkah maju, terdengarsuara pake TOA.
“hai Acik berhenti kamu!”
Ken, mak Marla dan Acik segeramenoleh ke asal suara. Tampak pak Kades Ibay, Sekdes Asih Rangkat, si PongkyPocong, Ranti Tirta, Jingga dengan ulekannya, Inin dengan kribonya. Wajahmereka merah padam. Terengah engah seperti barusan dikejar onta mabuk. Dengan memandang tajam Acik, mereka pelan mendekat. Acik merasa ada yang tidak beres..Dan…