Walau ada yang mengatakan bahwa penertiban Pasar Tanah Abang adalah hal biasa yang memang harus dilakukan oleh seorang gurbernur/wakil gubernur. Karena memang sudah ada aturannya. Tinggal pelaksanaan saja.
Kenyataannya pada jaman Sutioyoso dan Fauzi Bowo tak tertib-tertib juga. Malah semakin parah yang menimbulkan kemacetan luar biasa.
Walau ada juga yang sinis bahwa apa yang dilakukan Jokowi-Ahok dalam menertibkan PKL Pasar Tanah Abang karena ada aroma balas dendam.
Kenyataannya, penertiban bukan hanya pada lokasi Pasar Tanah Abang saja. Pasar Minggu dan Pasar Jatinegara yang menjadi sumber kemacetan pun akan ditertibkan.
Teori memang gampang. Penertiban PKL tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kalau tidak ada keberanian dan ketegasan akan main kucing-kucingan.
Mengapa harus dikatakan prestasi spektakuler? Sebab yang bermain dalam maraknya PKL itu bukan satu dua tangan. Kalau cuma menertibkan PKL-nya itu gampang. Tapi orang-orang yang ada di baliknya yang akan macam-macam.
Preman, oknum aparat, dan juga oknum perangkat pemerintahan yang justru menjadi pelindung PKL, sehingga bisa bebas berjualan.
Jadi jangan harap kalau pemimpinnya tidak tegas dan berani akan dapat menertibkan kesemberawutan yang ada. Paling gampang masak bodoh!
Dalam penertiban bukan sekadar mengusur. Masalah mereka mau jualan di mana lagi terserah. Kalau demikian ini hanya akan menjadi memindahkan kesemberawutan saja.
Dalam hal ini Jokowi-Ahok juga harus memikirkan lokasi baru untuk berjualan para PKL. Memang sudah tersedia lokasi di Blok G. Tapi kondisinya berantakan. Perlu pembenahan. Jokowi mau langsung turun tangan. Tak heran dalam hitungan waktu tidak lama gedung yang kumuh bisa jadi kinclong.
Untuk ukuran pemimpin di Indonesia prestasi Jokowi-Ahok harus dikatakan spektakuler. Tak heran banyak yang berterima kasih dan mengapresiasi.
Bukan hanya para pedagang. Tetapi entah berapa banyak warga pengguna jalan yang setiap hari mau tidak mau harus mengalami kemacetan itu kini merasakan kelegaan. Beban stres jadi berkurang. Pasti mereka mengacungkan jempol untuk Jokowi-Ahok.
Apa yang dilakukan pada awalnya ini paling tidak sudah memberikan bukti Jokowi-Ahok sungguh-sungguh mau bekerja membenahi Jakarta. Ada harapan yang sudah terbentang di depan.
Ada optimisme bahwa ke depannya kemacetan dan banjir pun secara pasti akan dapat diatasi atau paling tidak diminimalkan.
Akan ada yang lebih spektakuler lagi bila ada usaha yang sungguh-sungguh disertai kebersamaan dan doa dalam suatu hal. Begitu pun dalam urusan membenahi Jakarta.
Harapan itu ada karena Jokowi-Ahok sudah menunjukkan kesungguhan dan bukti. Jadi bukan hasil katanya atau tulisan media belaka.