
Waktu itu ngobrol dengan teman baru. Dia asyik menceritakan dirinya sendiri. Ada kan orang – orang yang seperti ini? Ceritanya serba hebat. Bagaimana ia selalu beruntung dapat beasiswa. Mengenyam pendidikan tehnik penerbangan, padahal dia nggak terlalu suka. Tapi karena dapat beasiswa ITB ya disamber saja. Menurut pengakuannya lagi, orang lain melihatnya sukses tapi ia sendiri masih kurang meraih pencapaian. Ia ingin jadi motivator. Mungkin kepengen jadi Mario Bross atau apalah, saya kurang faham. Pokoknya cita – citanya tinggi dan mulia. Disamping pembicara, ia mengatakan ingin menolong para anak muda juga membuka wacana wirausaha, pemerhati ekonomi dan pembangunan desa.
Sampai disini saya masih terkagum – kagum. Kok ada orang yang begitu hebat, bercerita tentang segala upayanya menaklukkan dunia. Banyak hal yang disampaikannya. Sampai suatu ketika ia bercerita bahwa dalam masa kuliahnya yang entah S2 atau S3 ia bertemu banyak rekan – rekan baru. Menurutnya yang lucu, salah satu rekan kuliahnya bercita – cita jadi mat jampang. Pengen punya indekosan dan persewaan rumah petak. Menurut dia cita – cita itu konyol, ngapain kuliah S2 tapi pengen punya kos-kosan? Lulus STM atau SMA juga bisa jadi juragan kost asal punya tanah dan rumah.
Salah kaprahnya wong kito. Sekolah tinggi tapi tak dibarengi dengan niatan hati. Sebenernya kita ingin menjadi apa? Banyak anak kecil bercita – cita jadi guru, presiden, polisi dan sebagainya. Sah – sah saja sih. Bahkan cita – cita jadi juragan kos-kosan menurut saya juga mulia. Lha, cuma jadi Bapak/ Ibu Kost lalu tiap bulan atau tahun memetik uang hasil sewa. Itu cita – cita sederhana yang sesungguhnya baik dan sempurna. Sisa waktu yang ada dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lainnya seperti interaksi dengan keluarga, teman, melakukan hobby. Cita – cita yang bagus, kok! Ketimbang cita – cita jadi anggota DPR atau pejabat lainnya nanti diam – diam ‘nggembosin’ uang rakyat dengan korupsi, manipulasi. Eh, kok saya jadi teringat lagu lama : korupsi, manipulasi, milik negeri….
Cita – cita boleh apa saja, BUT stick with it. Jangan dikhianati, jangan dirubah lagi dan jangan digadaikan. Banyak yang menggadaikan diri. Awalnya pengen jadi pelukis tetapi ngga ada duitnya, takut kere dipinggir jalan dan nggak bisa makan. Maka bekerja di bank, pagi sampai siang. Puluhan tahun berselang, mendadak kena serangan stroke usia lima – puluhan akhir. Waduh.. Cita – cita penyanyi, tetapi Bapaknya memaksa ia menjadi dokter. Kini jadi dokter tapi ya tak mumpuni, hanya berhenti pada dokter umum dan tak ingin jadi spesialis. Pasien yang paling disayangi ya anak – anaknya sendiri. Cita – cita banyak orang seperti hembusan angin yang terbang buyar. Padahal cita – cita itu sejatinya ya nyawa manusia. Tanpa cita – cita rasanya kok kosong semata, seperti cangkang tanpa ada isinya. Hidup, tersenyum, tertawa, menghabiskan hari – hari. Tapi dalam hati rindu mencoretkan kuas, menyenandungkan nada, meracik bumbu atau menggurat patung kayu.
Cita – cita tak harus sama, yang penting ada kesungguhan didalam meraihnya dan ada percaya dalam kekuatan kemampuannya. Lalu bagaimana menyisati agar tak hidup kere dan nelangsa? Fokus dan fokus. Fokus menjadi titik utama tujuan akhir dari cita – cita. Tujuan akhir jangan terdefinisi general seperti uang , rumah megah, mobil mewah, liburan lux. Tujuan akhir bisa jadi sederhana. Seperti membuka perpustakaan untuk anak – anak dan remaja. Menjadi donatur sebuah rumah panti asuhan. Menjadi sukarelawan di rumah ibadah. Menjadi guru dan pengajar sukarela untuk anak – anak jalanan. Untuk melakukan itu semua, sebelumnya harus punya uang dan berkecukupan. Benar. Bagaimana mau menolong orang lain atau menetapkan cita – cita mulia, jika kita sendiri kere dan nelangsa? Bagaimana mau melukis? Makan aja Senin – Kemis. Bekerja! Namun jangan melupakan impian dan cita – cita. Jadilah pegawai bank yang melukis diwaktu senggangnya! Jadilah dokter yang sekaligus artis dan penyanyi! Jadilah sekretaris yang terus menulis! Sulit? Ya, memang kembali lagi pada fokus dan kekuatan kemampuan. Anda tidak percaya? Ya sudah, jalani saja hidup apa adanya. Gak ada yang maksa juga kok, tokh cita – cita itu milik Anda bukan saya. Bwe-he-he,…
Dari awal sampai ujung kok saya gak nemu cita-citanya Ci Jo itu apa ya?
Knapa boss? mau kasih beasiswa ?? hehe..