Pusing Tapi Pegang Pinggang

Bagaimana ini, katanya sakit kepala, tapi yang dipegang pinggangnya? Itulah yang terjadi. Saat saya berpapasan dengan seorang staf di kantor. Saya melihat ia mulanya tegang sambil memegang pinggangnya.

“Loh, kenapa, Pak?” melihat mulanya meringis gitu saya senyum-senyum.

“Pusing nih!” sahutnya sambil berusaha senyum.

“Loh, Pak. Kalau pusing kok pinggangnya yang dipegang? Seharusnya yang dipegang kan kepala kayak gini!” saya peragakan caranya.

“Oh, iya pegang kepala ya?! Ia sambil berusaha memegang kepalanya.

Dari kejadian ini sekilas kelihatan ada yang lucu. Kenapa sakit kepala yang dipegang pinggang? Ditambah lagi dengan keisengan saya menggoda staff ini.

Tetapi seharusnya tidak ada yang salah orang yang pusing pegang pinggangnya. Namanya juga sedang pusing!

Baca juga :  Neng Geulis Nyaris Menjual Perhiasan Demi “Bule Palsu” Alias Scammer

Masih mending cuma pegang pinggang, coba kalau sampai banting-banting barang atau marah-marah ke saya. Namanya sedang pusing, emosi seringkali tak terkontrol. Anak yang tak tahu apa-apa saja bisa kena omel.

Soal pusing ini memang bisa dialami siapa saja oleh berbagai masalah. Pekerjaan, uang, hubungan dengan orang lain atau lainnya. Apabila kita tak bisa mengontrolnya, bisa-bisa bukan masalah yang selesai tapi malah timbul masalah baru.

Kalau dibikin atau mau cari pusing, mungkin saya sudah setengah mati kemarin-kemarin. Bayangkan, seminggu lagi kontrak rumah sudah mau habis, tapi masih belum ada dana. Sementara yang punya rumah sudah menagih. Dalam hal ini saya juga terpaksa berbohong kepada istri. Karena jauh hari sebelumnya saya bilang sama istri untuk tenang-tenang saja. Dana sudah ada.

Baca juga :  Budget Terbatas? Cara Pemasaran ini Dapat Dilirik

Coba seandainya ia tahu bahwa dananya belum ada, kemungkinan besar tak bisa tidur-tidur karena memikirkannya.

Daripada pusing-pusing, saya malah selalu menyakinkan diri, kalau sudah waktunya dana akan didapatkan dan masalah akan selesai.

Benar saja, muncul kepastian ada dananya. Tapi rupanya masih kurang. Bagaimana ini? Pusing? Ah, tenang-tenang saja dulu. Masih ada waktu sehari lagi!

Apa akhir dari kisah soal kontrak rumah ini? Kalau dananya tak terkumpul mungkin hari ini sudah tinggal di kolong jembatan dan tak ada kesempatan menuliskan kisah ini lagi. Jadi, pembaca harap tenang

Responses (2)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *