Suatu siang Tante saya SMS, “Win, minta alamat rumah ya. Mau kirim undangan anaknya Oom Hariyanto.” Kemudian saya berikan alamat rumah dan email. Dasar saya manusia gadget, saya pikir lebih cepat dan praktis jika undangannya dikirimkan liwat email. Tapi Tante ternyata tetap saja mengirim undangan cantik liwat post. Cara yang buat saya repot, jadul dan makan waktu! Tapi itulah Tante! Demi ponakannya rela repot. FYI, tante saya modelnya Tante – Tante Manado, usia kali sudah pada kisaran setengah abad tapi penampilan gaya mudesnya langsing – langsing ngga kalah sama Azhari Sisters.
Tante – tante saya “berupaya keras” membangun keakraban diantara “generasi muda”. Dalam hati saya juga miris. Saya benar – benar nggak kenal dengan anak – anaknya Oom dan Tante saya. Saya butuh buku absen dan catatan komplit untuk menghafal siapa dan yang mana anak – anak dari Oom dan Tante yang mana. Mukanya, boro – boro hafal! Oom dan Tante ini adalah saudara- saudara sepupu Ibu yang jumlahnya bererot banyak. Kadang – kadang saya blank dan bingung, ada yang sekeluarga 7 sepupu ada yang 5 sepupu. Saya kadang salah orang, salah memanggil. Itu untuk Oom dan Tante yang usianya rata – rata 10-20 tahun diatas saya. Tentu saja mereka juga beranak dan bercucu. Nah, generasi ini yang membuat saya bengong. WHAT? Dulu masih bayi – bayi? Dan sekarang mereka sudah akan menikah?? Gulp!
Saya mengerti concern Tante bahwa makin kebawah pertalian kekerabatan terancam akan punah. Akan hilang lenyap dan tak berbekas. Diantara “generasi muda” barangkali saya yang “tertua” makanya saya kadang kumpul dengan Oom dan Tante lalu dengan santai menjadi bagian dari “mereka.” Dalam perbincangan akrab tanpa sadar kadang memanggil “kamu.” Sejak ibu tiada memang semakin jauh GAP atau jarak antara saya dengan berbagai kerabat yang lain. Kesibukan membuat masing – masing orang larut dalam kehidupannya masing – masing. Memang ada kerinduan untuk kumpul – kumpul lagi dengan Oom dan Tante.
Siang ini setelah menerima undangan salah satu “sepupu jauh” yang wajahnya saja saya tak tahu (ups!) dan membaca undangannya dengan judul tema “once upon a time in a land not so far away”..Saya jadi bertekad “harus kondangan”. Secara, selain akhir – akhir ini saya sudah tidak pernah kondangan – (teman – teman saya sudah sold-out laku semua!), sekarang juga giliran mengenali generasi berikutnya. Saya merasakan upaya Tante yang luar biasa untuk tetap menyatukan “kekerabatan” dengan selalu mengundang kami. Ada acara reuni keluarga, ada acara pemakaman dan sekarang ada pernikahan sepupu yang masih muda – muda. Undangan diumumkan terus! Iyalah! Mereka kan masih saudara dan kerabat saya?
Pikiran saya melayang pada Ibu yang berpulang tahun lalu, pada Oom Daniel, satu – satunya adik ibu yang berpulang tahun sebelumnya. Ada rasa sedih dan kesepian karena mereka telah tiada. Biasanya mereka yang memberi petunjuk bagi saya “…ikut ketemuan keluarga, … datanglah ke ulang tahun opa, … wakili kami ke pernikahan famili…”. Sekarang saya yang memutuskan sendiri. Saya harus datang, harus mengusahakan mengenali dan menghormati penikahan sepupu – sepupu jauh yang selalu saya anggap masih bayi – bayi itu. Rasanya aneh dan sedikit bingung. Gampangnya, diam – diam saya juga kian dewasa dan menua! Gak nyadar!
Darah lebih kental dari air, barangkali itu benar dan sangat benar. Tetapi bukan berarti membenarkan perlakukan keluarga yang suka menghina, semena – mena atau merendahkan anggota keluarga yang lainnya. Darah lebih kental dari air jika dibangun dengan kasih sayang, ingatan akan sesepuh dan moyang masa lalu. Juga niatan untuk terus mengikat tali persaudaraan. Sebab manusia di dunia ini bukan lahir sendiri dari kelopak bunga, ya kan? Ada ayahnya, ada ibunya, ada pamannya, ada bibinya. Dan menjadi orang timur?? Inilah kebanggan dan kekuatan kita, bahwa kekerabatan orang timur lebih bermakna. Sekalipun ribet, ruwet, banyak urusan dan ewuh-pekewuh. Yes, …because we’re Indonesian! Kondangan akh,…
Masalah yang sebenarnya juga saya hadapi, banyak anak2 tante atau paman yang kalau ketemu sudah tidak saling mengenal karena jarangnya bertemu atau berkumpul, miris ya,memang
tapi kalo orang barat ..kali sama sepupunya sendiri juga ngga gitu kenal hihi..gimana sepupu ayah – ibunya beserta anak cucunya..