
Jauh sebelumnya sulit menduga akan ada pejabat tinggi yang dijadikan tersangka. Karena kekuasaan bisa membuat hukum menjadi tak apa-apa. Ditambah lagi para penegak hukum yang menjadi harapan tegaknya hukum justru menjadi aktor mempermainkan hukum. Dengan keadaan ini. Apa yang bisa diharapkan dari hukum?
Komisi ini dan komisi itu dibentuk pemerintah untuk memberantas korupsi. Nyatanya korupsi masih merajalela. Karena semua komisi itu cuma rekayasa dan dianggap ada usaha.
Namun sejak adanya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) banyak pejabat yang tak terduga menjadi tersangka. Dimana sebelumnya sulit tersentuh hukum, sekarang bisa dijebloskan ke penjara. Dari anggota DPR yang terhormat sampai presiden partai yang dianggap berderajat. Dari menteri sampai ketua konstitusi bisa jadi pesakitan. Siapa yang dapat menduga? Senjata ampuh KPK adalah tangkap tangan sehingga tak dapat membantah.
KPK menjadi harapan dan mendapat sanjungan. Walau ada yang hendak membubarkan. Hari ini (Selasa, 17 Desember 2013) komisi pimpinan Abraham Samad ini mengukir prestasi. Ratu Atut, sang satu dari Banten yang sebelumnya pasti tak akan menyangka resmi dijadikan tersangka atas kasus sengketa pemilihan kepala daerah. Setelah sebelumnya, sang adik kesayangannya resmi ditahan.
Dengan statusnya saat ini, sang ratu yang sebelumnya hidup glamour dan nyaman dalam kekuasaannya bakal mengalami ketidak-nyamanan. Sulit menerima kenyataan ini. Karena tak menduga akan berurusan dengan hukum sebagai tersangka. Bayangan jeruji besi sudah di depan mata.
Kekuasaan memang mudah memabukkan, sehingga lupa akan tujuan mulia menjadi seorang pejabat yang sejatinya adalah mengabdi pada rakyat.Menjadikan rakyat sebagai tuan. Tetapi dengan kekuasaan justru memperalat rakyat demi kepentingan kekuasaan. Menyesakkan memang ketika justru kekuasaan yang menjadi tuan. Hukum pun tak dipedulikan demi menindas rakyatnya sendiri.
Semakin berkuasa semakin haus. Lupa diri. Walau pemimpin atau pejabat silih berganti. Namun prilakunya setali tiga uang. Sama. Menjadikan kekuasaan sebagai tuan. Saling berebut dan memperkaya diri yang menjadi tujuan. Kroni-kroninya yang lebih diperhatkan. Sampai-sampai membentuk dinasti demi melanggengkan kekuasaan.
Yang patut diingat adalah kekuasaan setinggi apapun tak akan selamanya menyelamatkan siapapun dari kesalahan. Sebab akan datang waktunya kesalahan itu akan mendapat balasan yang sesuai.
akankah adik iparnya juga segera menyusul ?
Berharap semua kerajaan atut di jebloskan.. indikasi korupsinya kuat… kasian banten…
Manstaf 🙂