Revolusi

revo
mahasiswa-perantau.blogspot.com

Revolusi!

ibunda bukan sekedar hamil tua, tapi sudah melahirkan raksasa kembar lima. panji-panji telah dikibarkan. sorga telah diciptakan. mimpi-mimpi, telah bisa dihadirkan. masa depan telah direnggutkan. menjadi sekarang! lihatlah gedung-gedung menjulang, jalan melayang-layang, jutaan kendaraan bersiweran, dengan berjuta iklan bertebaran, ditengah kehidupan orang-orang sibuk bukan sekedar mencari makan, melainkan biar bisa dianggap terpandang. tercipta kota-kota. kota dalam kota. desa kota. kota dalam hutan. gemuruh. tanah-tanah menghilang. semen dan aspal membuka jalan.pohon-pohon ditumbangkan. suara jengkerik, kodok, dan irama gesek bambu. tinggal kenangan. 

 

Revolusi!

hasil panen terjual semua. tiada terpikir untuk tersimpan. uang dihasilkan, menjadi alat untuk membeli makanan instans. selebihnya membeli HP. tiada peduli sinyal naik-turun. tiada peduli diburu kebutuhan pulsa. sambil menikmati saluran tv berwarna dengan channel beraneka, berisi selebritis dengan beragam gaya, dari menguras air mata, hingga membuat diri sesak dada, dengan sisi kehidupan pribadi yang semakin terbuka, menebas segenap batasan menjadi merdeka, kita terperosok dalam berjuta pesona.

Baca juga :  Yang Aku Tunggu

Revolusi!

negeri ini memang sangat kaya. dongengan terus terdengar dan terbaca. tapi, ingat,  bukan lagi kita si empunya. Sehingga senantiasa terhadirkan kata: “dulu…dulu…ya, dulu!” kini di negeri agraris, bahan makanan sudah impor. beras, kedelai, kentang, gula, minyak goreng, dan berjajar sederetan yang “dulu” kita punya, kini harus dibeli dengan terpaksa.  bibit-bibit-pun harus beli dengan hak paten bukan milik negeri. bayangkan, di ladang minyak, BBM saja menjadi langka di pasaran. 

Revolusi!

memang sudah maju ini negeri. padahal belum tentu masih kita miliki. seakan terpotong generasi, kebersamaan semakin dikebiri. sebagai penjaga keseimbangan, maka dicipta harus saling berprasangka. niat baik bisa menjadi bencana. dikira berpura-pura, padahal mencari mangsa. tak cukup. dongengan teroris terus berlari. sehingga tetangga sendiri, harus pula diwaspadai.

Baca juga :  Jeritan Hati Berbuah Kepedulian

Revolusi!

kemana gema jiwa-jiwa merdeka? yang “dulu” tak segan bergerak di bawah tanah, membangun mimpi melampaui batas bangsa dan negara, tak patah walau terhadang ancaman senjata.  kini, bunuh diri kelas? ah, kamu pasti bercanda.

Coretan lepas tak beraturan, Yogyakarta, 14 September 2012

Responses (3)

  1. gambaran yang mantap pak Odi, hal hal yang tidak penting justru diutamakan. Negeri yang kaya justru rakyatnya di miskinkan. Revolusi memang menjadi pilihan. Terutama mulai dari diri ini http://ketikketik.com/wp-content/plugins/wp-monalisa/icons/wpml_negative.gif

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *