Yang lain tepuk tangan meriah, super agree-lah dengan KPK. Nangkap praktisi korup se-kelas Atut. “Kalau aku sih biasa aja”, Roy berseloroh tanpa ritme. Rempong juga akunya dengar ucapan Roy ini. “Apanya yang spektakuler? Wong itu memang tugas KPK kok”, untainya lagi. Roy gak paham sungguh alotnya KPK memukat para koruptor nan lihai plus-plus itu. Ia tak paham sama sekali kalau KPK itu musuh sekaligus ‘teman’ koruptor. KPK itu, komisi huru hara, ditugaskan presiden, secara khusus lagi, istimewa. Walau sang pemberi tugas cemas-cemas, jangan sampai KPK memakan dirinya. Bisa jadi, pawang buaya termakan buaya. Itu yang bakal terjadi, soal waktu saja.
Roy tak mikir jika KPK rawan kriminalisasi. Rawan skenario dan lembaga musuh gerbong korup dan dianti oleh mafia kelas wahid i tanah air. Kosmik berpikir Roy sepertinya tak umumlah. Prestasi KPK dianggap -malah- super biasa. “Lha, itu protap KPK”, cueknya lagi. Sontaknya Roy: “Abraham Samad dkk, untuk apa di sana kalau tak jalankan semua itu? Akupun bisa tangkapin mereka jika aku ketua KPK, apa susahnya sih? Diberi kuasa seluas itu, siapa sih yang bisa halangi KPK untuk lakukan semua itu”.
Wuh, makin bingung aja aku ini akan ucapan-ucapan Roy yang gak rasional sekaligus rasional itu. “Mau kamu apa Roy”, geramku. Roy diam, sekali-sekali senyum kecut, asem, sinis, matanya mbolak-mbalik. Sublim-nya apa an sih Si Roy yang gak Marten ini?
“Eh loe tahu gak?”, tanya Roy serius tanpa kujawab. Sepertinya ia mau berorasi di depanku. “Atut dan kita sama saja, kitapun punya mental korup, punya bakat korup. Kesempatan itu terbuka lebar. Kita bisa culasi negeri ini, kita bisa curangi proyek-proyek. Karena kita memang siang-malam pikirkan gimana caranya jadi orang kaya. Satu-satunya cara untuk jadi orang kaya, yah dapat lotre milryaran. Tapi itu probabilitasnya 0,0000001. Korupsi untuk membuat kaya, peluangnya 99% loh”
“Trus, Roy. Kamu mau bilang apa sebetulnya?”
“Saya hanya mau bilang, Atut itu deket-deket dengan kita. Rompi itu adalah hadiah bergilir. Tinggal nunggu waktu, kamupun akan memakainya jika sentrum berpikirmu masih seperti itu. Pengen kaya dengan cara instan. Ngaku aja loe”.
Aku terdiam, tertegun saja sebab aku memang berpikir seperti itu. Tak tahulah dengan Anda….!!!