Beberapa teman sekolah dan teman sekerja saya ada yang berdomisili di LN. Sebenarnya saya ingin juga tinggal di luar negeri. Entah ya, karena melihat di film – film kok kayaknya enak tinggal disana! Tapi tak sedikit yang mengatakan, “Kamu pikir enak tinggal di negeri asing? Siapa yang akan menolong dan mengurus kita??..” Banyak cerita tentang kenekadan teman – teman yang berangkat ke sana. Dari yang kabur sendiri membawa anak dan meninggalkan suami. Ada pula yang masih lajang dan sengaja mencari pasangan pria manca, biar bisa pindah kesana. Walaupun lama bekerja dalam lingkungan bule, saya menikah dengan pakle jadi terpaksa tetap berdomisili di dalam negeri. Saya sering mengajak suami nekad ke LN, jawabannya, “Saya ngga bisa ngomong bahasanya dan makanannya nggak doyan!..” Jadilah saya setia tinggal di dalam negeri tercinta ini.
Saya ingat juga ada pepatah, “Hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri, lebih baik negeri sendiri”. Yang artinya sesuatu itu memang baik di kampung halaman sendiri walaupun betapa mewahnya tempat lain. Sebenarnya saya sendiri tahu sedikit banyak pepatah itu sangat benar. Karena lama bekerja di lingkungan expat, saya merasakan banyak kebiasaan atau budaya kita dengan mereka yang sangatlah berbeda. Hal – hal yang buat kita ‘biasa’ buat mereka bisa jadi ‘masalah.’ Dan hal – hal yang buat mereka ‘biasa’ buat kita terkesan ‘tidak sopan.’ Kebiasaan yang berbeda antar bangsa, menjadikan kendala tajam untuk saling bergesekan. Dan diam – diam memang kadang bangsa timur terlalu banyak menahan diri serta santun, sementara bangsa barat berlaku sangatlah jujur dan bebas. Disini jadi nggak nyambung.
Pernah saya ditawari oleh salah satu boss, “Mau engga saya belikan kue?” Saya menjawab jujur, “Saya baru saja makan siang!” Dan dijawab, “Wah,.. padahal saya ingin membelikan kamu kue karena ini ada pedagang yang jualan ke ruangan saya.” Dalam hati saya, “Kalau memang mau membelikan saya, kenapa nanya ya? Langsung saja dibelikan dan berikan kepada saya!” Rupanya mereka nanya, takut saya nggak doyan! Padahal sebagai masyarakat timur, kalaupun ngga doyan pasti nanti saya tawarkan orang lain. Dan pasti ada yang mau menampung makanan! Bwahahahah,… Itulah salah satu perbedaan kultur yang saya jumpai. Mereka tidak suka pemberiannya diberikan lagi ke orang lain. Sementara orang indonesia murah hati, “Nanti saya bungkus bawa pulang buat suami, anak – anak dan tetangga saya….” Ini sudah suatu perbedaan yang tajam. Lha, masyarakat kita masih banyak yang butuh! Pernah juga ada hiasan dinding ingin saya minta dan hendak diberikan pada Office Boy, dijawab tidak boleh. “Winda kamu terlalu sering memberi kepada si OB!..” Dalam hati saya nggumun, “Lha,…OB juga kan yang mengerjakan semua tugas yang kalian perintahkan?? Ealah,…kok ngga apresiasi?”… Kok tidak sadar, bahwa OB dikasi pisang sesisir saja udah senangnya minta ampun!
Tadi nggak sengaja bercakap lagi dengan teman yang tinggal di manca. Ini teman SMP. Saya tanya, “Kamu dimana sekarang?” Kemudian dijawab, “Saya lagi di Budapest.” Saya langsung kepengen, sama seperti ketika ngobrol dengan Bu Dewi yang tinggal di Azerbaijan, saya kepengen kesana dan melihat – lihat. Dijawab oleh teman saya yang di Budapest, “Tinggal disini nggak enak kok, Win! .. Saya terpaksa karena sudah lama menetap disini dan kalau pulang kampung tidak tahu harus kerja apa. Ini, saya sambil bekerja di kantor saja.” Kemudian saya jawab, “Tapi kan bisa jalan – jalan. ” Dan dijawab olehnya, “Kalau itu benar, … saya liburan nanti akan jalan – jalan ke Moskow.” Nah ya, berkahnya di acara jalan – jalan itu saja. Tapi sebenarnya saya pikir kalau cuma pemandangan alam, rasanya di Indonesia justru banyak juga pemandangan dan dearah – daerah eksotik yang belum terjamah tangan manusia. Kenapa jalan – jalan juga harus selalu memamerkan foto luar negeri? Tidak harus bukan? Intinya hujan emas di negeri orang dan hujan batu di negeri sendiri, tidak berarti di negeri manca selalu enak. Tapi kalau memang ada pilihan untuk membuka lahan kehidupan di negeri asing dan anggaplah sebagai tantangan, kenapa tidak? Tapi ingat, rumput tetangga tidak selalu lebih hijau! Kalau disana kesusahan dan banyak kendala, jangan mengeluhkan pula. Tokh, ada plus – minusnya, bisa travelling itu lho!…
Yang suka traveling. 😀
aheeeem. mau nyairing maria yang ratu travelling akh.. 😉
Rasa ingin tahu yang bikin sesuatu itu menarik .Setelah ngarain atau melihat biasanya akan bilang yaaaaaaa sama aja .
Beneer banget Mbanggg Goelaa…
Begitulah dinamilanya selalu begitu, orang kita pengen rambutnya dipirangi, sementara orang bule yang udah pirang bosan pengen rambut hitam, makanya mencarinya ke dalam aja hehhe
hehehhe kalo Mister Katedra kayaknya pengen gundul ya..
Berarti lebih enak hujan emas di negeri sendiri, habis itu kita jalan-jalan ke negeri orang, Setuju?
#komat – kamit doa minta emas#..
nyimak … mantuk2 .. 🙂
ciyeee yg pernah di LN mana petuahnyaaa bosss..