Parang Tritis, nama sebuah pantai yang pertama kali dikunjungi oleh Murni, ketika ia masih kanak-kanak dan bersekolah di Sekolah Dasar. Rasa kagum yang luar biasa tentunya, mengingat Murni termasuk anak yang “anggun alias asli nggunung” dalam bahasa Jawanya. Dalam pengertian Murni terlahir dari daerah pegunungan bukan daerah perkotaan atau pantai. Pantai Parang Tritis yang terletak di pesisir selatan wilayah Yogyakarta ini menjadi tujuan wisata pantai pertamanya. Nah, dalam acara wisata ini tentu sebagai seorang anak begitu kagum bahkan terheran-heran dengan lautan yang begitu luas dan baru pertama kali ia saksikan.
Dengan sabar ibunya yang kebetulan seorang guru begitu cermat menjelaskan tentang lautan yang luas ini. Lautan ini tidak disebut dengan laut tetapi merupakan Samudra tepatnya Samudra Hindia. SAMUDRA adalah wilayah lautan yang sangat luas yang di dalamnya penuh dengan kehidupan. Di sana juga akan kita jumpai gelombang pasang yang besar dan hebat. Ukuran kedalaman samudra ini pun relatif lebih dalam dan tentunya bisa mencapai puluhan ribu meter.
SAMUDRA sebenarnya juga menggambarkan sebuah gejolak, tantangan, ancaman. Di dalam SAMUDRA yang penuh dengan kehidupan itu ada gelombang yang maha dahsyat. SAMUDRA ini juga bisa melambangkan tantangan kehidupan. Dalam kehidupan kita tak ubahnya dengan kehidupan dalam samudra. Itu sebabnya kita juga sering mendengar ungkapan atau ucapan bagi keluarga baru “Selamat mengarungi samudra kehidupan”. Ucapan ini tak lain dan tak bukan sebenarnya sebagai bentuk peringatan, bahwa dalam kehidupan berkeluarga pun mereka berjalan menantang bahaya karena tidak selamanya berjalan mulus. Seperti halnya seorang pelaut yang mengarungi samudra juga menjumpai berbagai tantangan.
Namun, kita juga sering mendengar ungkapan, “Milikilah hati seluas Samudra”. Tentu hal ini hanya sebuah analogi, agar kita bisa berkaca dari luasnya Samudra. Dalam keluasan dan kedalamannya berbagai hal akan masuk ke sana. Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa Samudra begitu luas dan tak berbatas tidak terpengaruh dengan apa yang masuk di dalamnya.
Dalam kehidupan kita, berbagai hal dan pengalaman atau pergaulan kita jumpai. Berbagai peristiwa ini tentu bisa mengubah hati dan pikiran kita. Analogi ini mengingatkan agar kita selalu bersabar dan meskipun berbagai hal masuk hendaknya tidak mengubah kepribadian kita. Kata sabar dan penuh pengampunan akan lahir dari orang yang berhati samudra ini.
Dengan demikian, hati seluas samudra ini bermakna mudah mengampuni. Samudra yang luas akan membiarkan batu karang yang berat dan besar tetap berada di kedalaman. Namun ia akan membiarkan pasir yang putih dan halus bertebaran. Hingga akhirnya menghasilkan pantai nan indah mempesona, yang mampu memberikan tempat bagi siapa saja yang akan datang untuk melepas gundah dan gulana.
Kita pun selayaknya menyimpan hal–hal atau perkara besar tetap berada di dalam dasar hati kita. Namun, biarkanlah hanya pasir-pasir putih yang nampak indah hingga mengundang anak-anak tetap senang dan tenang bermain di sana.
Salam-AST 210314
YUps, andaikan saja hati kita bisa seperti samudra yang siap menerima apa saja, dari yang bersih sampai yang kotor, betapa lapangnya hidup ini :salaman
Sayangnya kita masih lebih sering menanam semak berduri di hati kita.
analogi samudra…bagus mbak…pembelajaran hidup yang dapat kita pelajari dari alam…
Betul Mbak Septi, memang alam lah tempat sekolah kehidupan yang paling tepat. Trims sudah berkunjung-Salam