Jika setiap orang menganggap politik adalah raja dari disintegrasi bangsa ini, mungkin memang sulit dibenahi dalam jangka waktu yang tidak sebentar, mengapa tidak melihat hal-hal kecil yang dapat dikerjakan hanya dengan cara yang sederhana dan pada waktu tertentu?
Nasionalisme bukan hanya tentang politik, sosial dan segala macamnya. Nasionalisme yang bisa dibenahi oleh diri sendiri adalah mengantri. Sadar atau tidak, mengantri merupakan hal yang nampaknya sangat sulit ditanamkan pada benak setiap orang. Nasionalisme adalah identitas negara. Nasionalisme bukan hanya ditanamkan namun harus ditumbuhkan dan dikembangkan.
Miris rasanya melihat banyak kasus mengenai antrian-antrian yang mematikan. Ya, dalam antrian tersebut misalnya sembako gratis, tidak sedikit kasus banyak yang meninggal. Mengantri adalah suatu gaya hidup, bukan kebiasaan. Orang-orang mulai meninggalkan rasa nasionalis dari meng-antri. Apakah harus seperti anak kecil yang selaluharus diberitahu seperti tulisan “Harap Antri” yang banyak terpampang di beberapa tempat.
Apakah orang Indonesia tidak mengerti dengan sendirinya ketika banyak orang dalam kerumunan menunggu sesuatu apa yang harus ia perbuat? Meng-antri bukan soal orang lain tetapi dari setiap pribadi. Kesadaran akan mengantri sudah begitu mengikis identitas bangsa ini. Sistem yang bagus sekalipun terkadang tidak mengurangi keegoisan untuk bersabar dan meng-antri. Sampai kapan ketika suatu antrian harus dibatasi oleh tali di pinggir-pinggir ketika kita berdiri? Layaknya seperti domba-domba yang digiring dan harus patuh kepada gembalanya. Sampai kapan Indonesia dikuasai oleh rasa egois?
Mengantri bukanlah hal sulit ketika kita bersabar. Setiap orang yang mengantri pasti memiliki urusan masing-masing. Tidak ada alasan untuk ‘menyerobot’ antrian orang lain. Siapa yang datang paling cepat adalah yang akan mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan antrian yang pertama, begitu selanjutnya. Tidak ada pelajaran di sekolah untuk meng-antri, di sekolah kita diajarkan kesopanan. Mengantri merupakan bentuk kesopanan dan menghargai orang lain.
Meskipun tidak ada pelajaran nyata di sekolah, biarlah kita belajar secara pribadi. Sudahkan kita menghargai dan menghormati hak orang lain? Sekali lagi, mengantri adalah gaya hidup yang harus terus dilakukan. Salah tetaplah salah meskipun semua orang melakukannya. Benar adalah benar meskipun hanya kau sendiri yang melakukannya.
Penulis : Dita Pratista Sari