Life is choice. Hiks…..keren abis nih ungkapan. Ary Ginanjar aja tersenyum-senyum dengan idiomatik itu. Belum juga bisa dikhatamkan harfiah Life is choice, telah lahir lagi -baru saja- tawaran yang sedang populer: Selalu Ada Pilihan. Berkumpullah para motivator, akademisi, praktisi budaya, designer busana, kaum jetset, komunitas papah, ulama, pendeta, biksu, dan rohaniawan lain.
Motivator berkata: Hidup ini memang memiliki geografis yang luas, Anda mau tinggal di keheningan hidup, ketenangan atau hura-hura. Syaratnya hanya satu; harus ada motif di sana, semacam penggerak untuk mencapainya, dikenal dengan istilah simpul A,B,C dan D. Yah, Selalu Ada Pilihan.
Akdemisi mengejanya: Hidup ini ilmiah, sains, hukum aksi-reaksi yang klasik masih berlaku, mau hidup bagaimana-bagaimana, tergantung metodologi apa yang Anda harus pake. dan itu betul, Selalu Ada Pilihan..
Pelaku budaya berseloroh dengan arifnya: Hidup ini dinamika saja, soal pilihan, nanti juga akan muncul dengan sendirinya. Benar juga, tepi-tepinya: Selalu Ada Pilihan.
Designer busana: Ah soal memilih pola, teramat banyak opsi, banyak alternatif, mau busana Milan, Francis ataupun Cina, tinggal Anda saja mengordernya. Benar sekali: Soal busana, kelewat banyak pilihan. Yah, Selalu Ada Pilihan..
Ulama, Pendeta, Biksu setia dengan pesan-pesan relijinya, mengapa pesimis akan kuasa Tuhan? Jika kamu tak bisa memilih, toh Tuhan akan memilihkanmu. Ajaran luar biasa dan manusiawi, tiada berhenti yang namanya ‘jalan lain’. Lagi-lagi, Selalu Ada Pilihan..
Kaum jetsetpun, terlebih-lebih. begitu luas pilihan-pilihan di hadapannya, arahkan kursor, klik, keliling dunialah ia. Tekan tombol tertentu, helikopter pun menjemputnya, jika heli terlambat karena alasan cuaca, pesawat bermoncong runcing yang kebal cuaca, segera menjemputnya. Wow, Selalu Ada Pilihan.
Dan Si Miskin, pun tetap disuguhi ungkapan: Selalu Ada Pilihan, semisal: lara, derita, bodoh, kurang gizi dan tumpahan air mata….
Hiks^^^