Gaya  

Seperti Macan yang Menerkam Penolongnya

@viva.co.id
@viva.co.id

Seekor macan terjebak dalam perangkap dan memohon orang yang lewat untuk membebaskannya,”Oh, manusia, tolong bebaskanlah aku dan aku akan sangat berterima kasih sekali.”

 

Dengan rasa takut orang itu menolak,”Tidak. Tak mungkin aku akan membebaskanmu. Karena kamu pasti akan memakanku.”

 

Macan tak putus asa merayu dengan mengibakan diri,”Percayalah, aku tidak akan memakanmu. Suer. Aku janji. Biar pohon-pohon yang jadi saksi.”
Luluh juga akhirnya orang itu. Dengan susah payah macan dibebaskannya dari perangkap. Apa yang terjadi? Dengan buas macan itu menerkam orang yang telah menyelamatkannya.

 

“Maaf, Bro…kalau kamu jadi santapan lezatku hari ini. Aku sudah kelaparan banget soalnya!”

 

Mungkin kita akan menyalahkan dan menertawakan kebodohan orang yang telah menyelamatkan macan itu sebagai orang yang bodoh.

 

Ya bodoh. Macan ditolong ya dimakan! Tapi kebodohan orang itu persis dengan kebodohan kita sendiri. Layak juga jadinya kita menertawakan diri sendiri. Kalau yang merasa!

 

*
BAGAIKAN NAFSU YANG TERJEBAK DALAM DIRI MANUSIA

 

Setiap manusia pasti memiliki nafsu di dalam dirinya. Macan yang terjebak adalah ibarat nafsu yang terjebak dalam diri kita. Orang yang terlatih dan terjaga kesadarannya akan dapat mengendalikan keliaran nafsunya.

 

Namun orang bodoh yang lemah kesadaran akan mudah dirayu dan melepaskan nafsunya, sehingga melampiaskan keliarannya.

 

Dimana semua nafsu yang terlepas itu pada akhirnya akan mencabik-cabik dan melukai diri sendiri sebagai manusia. Seperti macan buas yang menerkam penolongnya.

Bukankah ini merupakan keadaan yang sudah kita alami dalam kehidupan ini?

 

Akibat lepas kemarahan, kita bukan hanya dapat melukai orang lain. Diri sendiri pun menjadi korban dengan lahirnya penyesalan.

Akibat lepas kontrol nafsu birahi melampiaskan hayatnya dengan melakukan perkosaan atau perselingkuhan. Ketika kesadaran muncul, batin terluka rasanya. Merasa sangat bodoh akibatnya.

 

*
MENJAGA KESADARAN

 

Selain nafsu, setiap manusia pasti memiliki kesadaran namanya. Kesadaran inilah yang harus selalu terjaga, agar tidak diterkam macan sewaktu-waktu. Karena si macan selalu mengintai saat kita lengah.

 

Kita tahu perbuatan ini tidak baik, itu tidak baik. Tapi bila kesadaran kita masih timbul tenggelam, maka akan terlena juga. Sudah tahu tidak baik tetap saja dilakukan. Bukankah itu bodoh namanya.

 

Bisa saja otak kita pintarnya minta ampun, tapi tetap saja bisa melakukan hal yang sangat bodoh. Kepintaran otak manusia tidak harus berhubungan dengan kesadaran. Kesadaran adalah lahir dari nurani yang masih bercahaya.

 

Jadi bukan omong kosong kalau orang bijak selalu mengingatkan, jagalah hati. Jagalah hati, agar tetap menyala. Jagalah hati, supaya tetap bersih tak terkontaminasi racun kehidupan. Jagalah hati, biar tahu mana yang benar, mana yang salah. Bukan yang salah dianggap benar dan yang benar malah dianggap salah.

 

Pada jaman kegelapan rohani ini, cahaya nurani menjadi penerang yang sangat berharga. Tapi sayangnya cahaya itu banyak yang sudah redup. Jangankan tertiup badai, tertiup angin malam saja sudah padam. Yeah, serasa membicarakan diri sendiri. Soalnya tahu persis.

 

 

@refleksihatidipagihari

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *