Pagi-pagi sambil menunggu hujan si Kate yang lagi bengong di dekati seorang karyawati yang bohay. Ceritanya pengen numpang duduk sambil berteduh di depan mess. Hujan memang sedang turun dengan derasnya.
Iseng bin usil si Kate bertanya,”Kenapa hujan-hujan gini masih mau masuk kerja sih? Enakan tidur di rumah kali!”
Si Eneng sambil senyum tampak giginya yang putih menjawab,”Kan udah kewajiban, Pak. Pengennya sih hujan gini malas-malasan sambil berpelukan dengan suami.”
Weleh, pengennya tuh. Tapi demi kewajiban mau tidak mau harus rela meninggalan yang hangat-hangat di rumah.
Dasar insting penulis, si Kate otaknya langsung menyambar kata kuncinya untuk bahan tulisan. Apa itu? Berpelukan atau yang hangat-hangat? Ternyata bukan keduanya. Tapi kata KEWAJIBAN yang sangat menarik.
Si Eneng demi kewajibannya untuk masuk kerja tidak peduli dengan hujan dan melawan rasa malasnya. Padahal kalau tidak demi kerja, si Eneng pengen berpelukan untuk melawan dinginnya pagi itu.
Di otak si Kate jadi mikir dan terasa tersindir soal kewajiban ini. Berapa banyak sudah aku melalaikan kewajibannya sebagai manusia yang beragama? Berapa banyak kewajiban yang telah aku lalaikan sebagai warga negara yang baik? Berapa banyak kewajiban yang telah aku lalaikan sebagai seorang suami atau orangtua?
Si Kate kemudian diam-diam menyindir dirinya sendiri. Aku demi memenuhi kewajibanku untuk bekerja tetap semangat walau hujan lebat. Padahal kalau untuk urusan tobat, aku masih ogah-ogahan. Aku demi untuk menulis saja rela mengorbankan kewajibanku untuk ibadah atau lupa memeluk istri tercinta. Waduh terlalu banget nih ceritanya.
“Ehm ehm . . . Makanya sadar bro, jangan cuma bisa menulis saja!”
Si Kate melongok dan senyum-senyum. Otaknya berpikir,”Ah, paling suara kerjaan orang iseng.”
hahahaha
Nyambarrrrrrrrrr 😀