Dan, aku senang. Mahasiswa-mahasiswiku, sopan nian berbicara, bertanya dengan santun, di setiap aktifitas kampus. Sungguh, aku bangga dengan mereka. Terpelajar. Paham teknik komunikasi yang nyaman, ngerti metode pemilihan kata yang renyah. Terasa hidup begitu elok, hari-hari makin nikmat saja. Ini pilihan untuk hidup indah-indah, bersahaja dan simpel ternyata hidup ini. Ini memang tampilan sederhana, sederhana melakukannya. Dan tiada penting untuk terlalu berharap yang ideal, sebab impian untuk segalanya menjadi ideal itulah yang kerap menciptakan kesusahan.
Berharap mereka selalu begitu, merancang hidup yang bergelora lewat tuturan yang manis
apa boleh buat, asaku pupus, saat mengamati hari-hari mahasiswa di luar kampus. Di rumahnya, ternyata saya mendengar banyak umpatan, seloroh senonoh, sak-enake dhewe, ngucapin ini dan itu, dan nyakitin seisi rumahnya, yah ibunya, ayahnya, kakak-kakak dan adik-adiknya. Dan sungguhlah perilaku seperti ini bukan hanya pada mahasiswaku. Sepertinya berlaku plural, global dan sikap massal bahwa pelaku yang paling sering melukai kita adalah orang-orang terdekat kita juga.
Hemmmmmmmmmm….
he.he.h.e.he
memang…
hemmmmmmmmmmmmmmm fakta yah 😀
Salam kenal Mas Odi dan Pak Dosmand.
Saya newbie, mohon petunjuk ya.
hahahahahahaha
Dasar Penulis 😀
Tuh pake mesin ketikku aja yah
kasi suri tauladan dong bang dosen..
hahahaha
Surianti ajah 😀