Gaya  

Soal yang Menyusahkan

munifchatib.wordpress.com
munifchatib.wordpress.com

Profesor itu, sangat akrab dengan mahasiswanya. Tak segan bercengkrama dengan anak didiknya. Cara ngajarnya disukai banyak mahasiswa, walau sebagian kecil menilai profesor ini sebagai dosen slengean, pake jeans, baju lengan pendek, pakai asesoris, gelang di lengan kanan, sebuah cincin permata kucing di jari manis kirinya.

Ia pernah diwawancarai TVRI, mengapa Anda begitu enjoy di kelas? Tanya seorang reporter televisi tertua itu. Karena aku tak pernah merasa diriku sebagai dosen. Jawabnya.

Lalu, Anda sebagai apa dong di kelas saat memberi kuliah? Saya hanya sebagai pelayan saja, ibaratnya resto, saya tawarkan menu apa yang mahasiswa sukai dan saya memfasilitasinya. Itu saja. Jawab dosen yang gak pintar-pintar amat itu, tapi di mata mahasiswanya, ia adalah dosen yang humanioranya asyiiiik sekali. 

Dosen itu gemar memberi soal-soal aneh, gak umum, dan nyeleneh. Dia pernah memberi soal kepada mahasiswanya: “Apakah orang mati itu masih bisa disebut orang?”. Mahasiswanya menjawab: “Iya masih bisa prof”. Lalu kalau disebut orang, pasti punya jiwa dong, seloroh dosen itu lagi. “Yah gak bisa lagi prof, kan orang mati tidak punya jiwa lagi”. Iya juga yah. Profesor itu menjeda, ia harus pahami bahwa tingkat berpikir mahasiswanya memang sampai di titik itu saja. Padahal ia ingin ajarkan tentang Psikologi Kematian, tapi sudahlah, kalamnya.

Sebutir soal dilayangkan lagi: “Bagaimana Anda mengenali jiwa yang hampir mati dengan jiwa yang hampir hidup?Wah soal ini terkesan aneh-aneh. Tanggung gitu.

Diresponlah seorang mahasiswa: “Ah soal ini teramat mudah bagiku prof”. Ucapan itu membuat mahasiswa lain pucat, takut jika Sang Profesor marah, murka, tersinggung dan tidak lulus massal gara-gara ulah seorang mahasiswa.

Profesor itu gak marah karena ia memang gak rajin marah. Dia kembali berkomentar: “Ah kamu ini selalu memandang mudah soal-soalku. Lalu soal apa yang susah bagimu hai anak muda?.

Anak muda itu menjawab: “Soal dengki, soal sombong, soal iri, soal tinggi hati. Itulah soal-soal yang menyusahkanku selama ini Prof”

“Itu juga yang menyusahkanku selama hidupku”, ucap profesor sambil mendonga ke arah ubin plafon, nyaris menitikkan air mata.

Hemmmm

Respon (2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *