
Kita masyarakat timur, masih sangat dipengaruhi oleh firasat dan tata krama, yang terkadang sebab – akibatnya tak jelas. Seperti tidak boleh mengambil makanan dengan tangan kiri, terhadap orang – tua harus menunduk jangan menantang mata, jangan bicara dengan mulut penuh makanan, jangan duduk di depan pintu, jangan keluyuran saat maghrib, dst. Sebenarnya kalau dicari sih, barangkali memang ada alasan tersembunyi yang tidak dijelaskan panjang – lebar tetapi niatnya baik. Maka sejak kecil tanpa penjelasan gamblang, kita manut saja pada norma – norma ‘ajaib’ yang katanya bermaksud baik itu. Orang barat tidak mengerti ini!
Beberapa hari ini saya sendiri seperti mendapatkan firasat aneh. Dalam sehari dua kupu – kupu mampir di rumah. Yang satu kecil dan satunya sangat besar. Yang kecil masuk kedalam rumah dan yang besar bertengger di beranda depan. Ada apakah gerangan? Dulu dikatakan bahwa jika ada kupu – kupu mampir ke rumah, artinya akan ada tamu. Sebenarnya sih, bukan ada tamu, justru saya yang baru saja berjumpa dengan sahabat masa lalu saya. Jadi seolah, kupu – kupu mengisyaratkan bahwa kerinduan pada seorang sahabat sudah terobati dan pertukaran cerita kehidupan pun telah terjadi.
Sebenarnya saya tidak ingin mencari – cari arti ini dan itu. Tetapi memang terkadang insting bicara sendiri. Beberapa hari ini saya juga tergigit pada bibir hingga sariawan. Bahkan tadi tersedak dan terbatuk hingga dua kali. Lagi, suatu penanda firasat. Katanya kalau tergigit lidah atau tersedak ketika makan/minum artinya sedang dibicarakan oleh orang lain. Masa sih? Saya bukan artis, mau membicarakan apa ya? Tapi anggap saja angin lalu, jika itu pembicaraan buruk. Yang penting asal tak terdengar oleh saya secara langsung. Masa bodoh sajalah. Terlalu banyak urusan di kehidupan. Jikapun orang lain memperbincangkan, anggap saja perlu disyukuri. Bahwa masih ada yang memperhatikan. Pembicaraan perihal penting, bisa jadi juga! Pasalnya dalam waktu berdekatan, saya mendapat kabar dari dua penerbit. Yang satu mengabarkan kabar baik, lainnya kabar yang kurang baik. Tapi bukan kabar buruk juga sih! Hanya saja saya ‘belum beruntung.’ Tak apa, dalam kehidupan semua kartu poker akan dimainkan!
Lalu malam hari terjadilah hal yang sedikit mengerikan. Saya mendengar suara ‘burung kematian.’ Buat saya tengah malam mendengar suara burung ‘cuiitt – cuiitttt – cuiittt’ saja sudah mendirikan bulu roma. Apalagi menyadarinya sebagai suatu pertanda firasat. Burung kan seharusnya berkicau di pagi hari? Ingatan saya kembali pada tahun lalu ketika ibu saya berpulang. Sewaktu ibu dibawa kerumah sakit dan dalam kondisi gawat darurat, suara burung ini terus mengiringi. Dan bukan hanya satu, tetapi banyak dan bersahutan. Dalam suatu rombongan. Seolah bersiap menjemput seseorang. Sore hingga malam buta mereka selalu muncul di sekeliling tempat tinggal saya di kota Semarang ketika itu. Setiap saya mendengar suara burung ini mencicit, saya lalu berdoa kuat – kuat agar burung tersebut dan kawanannya pergi menjauh. Jangan sampai memperdengarkan suaranya lagi. ‘Burung kematian’ ini sesungguhnya adalah sejenis burung emprit saja. Mitos, antara percaya dan tak percaya. Hanya saja perasaan saya selalu kurang nyaman mendengar suara ‘burung kematian’.
Bagaimanapun juga, saya terus berdoa kepada Tuhan agar segala sesuatunya berjalan dengan baik. Sekalipun sedikit merinding, karena dalam dua hari berturutan mendengan suara burung Emprit mencuit – cuit pada malam hari. Saya berusaha meyakinkan diri, bahwa ini hanyalah kebetulan. Ini hanyalah pergeseran musim, sehingga burung – burung pun beterbangan dalam komunitasnya. Berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Suatu pertanda firasat seringkali diacuhkan orang, sebagai omong – kosong yang tak karuan juntrungannya. Di jaman internet kok masih saja percaya firasat! Kemana – mana bawa tabs dan android, lalu mendengar suara burung emprit jadi ketakutan?? Nggak masuk diakal! Tetapi ketika mengalami sendiri, penyesalan itu lalu datang. Mengapa saya tidak memperhatikan aneka pertanda yang muncul? Mengapa saya mengacuhkan hal – hal yang ada didepan mata? Suatu pertanda firasat memanglah omong kosong jika kita bukan cenayang atau orang yang memiliki indra ke-6. Tetapi waspada bahwa setiap saat kehidupan dapat terenggutkan, tak ada salahnya bukan? Terus, tebarkan cinta dan kasih sayang!
Saya jadi ingat, beberapa waktu sebelum ibu saya berpulang, saya dua kali mimpi menyambut jenazah ibu di liang lahat. Dan ternyata memang benar, saat ibu meninggal, saya yang menyambut jenazahnya.
Terkadang memang ada hal-hal yang tidak bisa dijangkau akal logis kita, dan tak ada salahnya belajar mengenal firasat.
Salam mbak, semoga yang terbaik selalu bersama Mbak dan keluarga ya..
Thank God sampe detik ini segalanya baik Mas Ryan..memang kadang org timur gitu yaa pada sok – sok cenanyang…termasuk sayah hehehe..tp nomer satu percaya Tuhan lah yaa…
biasanya kita baru menyadari tanda-tanda itu setelah sebuah kejadian sdh terjadi.
nah seringnya gitu septi,…udah kejadian baru lhoo pantesan dulu mintaa inii..itu terjadi pada saya juga..