Sudah Niat Baik, Dibikin Susah Lagi

Bagi saya untuk bisa berbuat baik saja sudah merupakan ujian. Soalnya jarang-jarang niat berbuat baik. Maunya sih dibaiki.

Tapi hari itu tumben-tumbenan ingin sedikit memberikan kebaikan atau lebih tepatnya kemudahan. Biasanya kalau di jalan maunya main serobot tak mau mengalah. Main pepet. Pokoknya ini jalan milik saya.

Kali ini saya coba mengalah untuk memberikan kesempatan sebuah mobil untuk berputar arah. Dengan senang hati saya berhenti dan saya merasa senang ada keinginan untuk sedikit berbaik hati.

Tetapi ujiannya memang berat kalau jarang-jarang berbuat baik dan sifat baik belum menjadi sifat yang alami.

Kendaraan yang diberi kemudahan untuk berputar malah bikin susah. Karena setelah berputar arah malah berhenti di depan saya, sehingga menghalangi laju motor saya.

Dalam hati sempat sewot,”Nih orang udah dikasih jalan bukannya terima kasih, eh sekarang malah seenaknya menghalangi. Dasar . . . ”

Ups, sebelum lebih lanjut ngedumelnya, ada kawan yang mengingatkan,”Bro, jangan ngedumel dong. Berbuat baik itu yang ikhlas. Udah berbuat baik kalau gak ikhlas malah hangus tuh nanti kebaikannya!”

Wah, iya juga sih. Kenapa tak ikhlas kalau mau berbuat baik? Asal sudah memberikan kebaikan kepada orang lain, mau dibalas kebaikan lagi atau malah disepelekan jangan jadi pikiran. Benarnya memang begitu. Itu namanya berbuat baik tanpa pamrih.

Maklumlah, saya masih awam dalam hal berbuat baik. Kaget juga menemukan ketika sudah berniat baik malah tidak mendapat balasan yang baik pada saat ini. Mungkin dicoba dulu kali ya, saya ini orang baik atau bukan. Nyatanya . . . ? Yaaa, sedikit berbuat baik saja sudah jadi bahan tulisan. Baik ada maunya itu! Tapi kan tetap baik namanya.

Dari pengalaman ini minimal membuat saya berpikir, dalam hal berbuat baik itu yang penting adalah niatnya baik dan memahami bahwa setiap niat baik belum tentu akan disikapi dengan baik. Jadi bagaimanapun jangan sampai berhenti  berbuat baik, sehingga kebaikan menjadi sifat kealamiahan nantinya.