Sulitnya Mengubah Persepsi yang Salah

persepsi yang salahKalau sudah salah persepsi tentang satu hal, apalagi diiringi dengan pengalaman yang berulang memang sulit untuk dibenarkan. Seperti yang dialami seorang teman. Teman ini mengatakan, bahwa bosnya pelit dan perhitungan. Akhirnya ia menyimpulkan ternyata orang suku ini memang demikian sifatnya.

Saya mencoba membela, bahwa tidak semuanya begitu. Kebetulan  saja dapatnya yang model begitu. Tapi ia berkeras, sebab sudah punya pengalaman tiga kali dengan bos dari suku yang sama. Nah, kalau sudah tahu sifatnya begitu, kenapa masih cari bos dari suku tersebut?

Pertama ia mencoba beralasan karena seperti yang saya katakan bahwa tidak semua orang dari suku tersebut sifatnya begitu. Tetapi setelah mengalami tiga kali baru percaya dan sekarang kapok.

Saya berkeras, itu hanya kebetulan lagi apes saja, sehingga bisa tiga kali dapat bos dari suku yang sama dan sifatnya pelit bin suka perhitungan. Tapi ini tetap saja tidak bisa dijadikan patokan semua orang dari suku itu sifatnya sama.

Baca juga :  Hati-hati! Penipu Mengaku Dari Adira Finance…

Teman ini tetap bersikeras, bahwa dengan pengalaman tiga kali sudah cukup membuktikan. Sudah membuktikan sendiri. Jadi bukan kata dari orang lain. Demikian ia membenarkan pendapatnya.

Seperti halnya dengan menulis, karena awal-awalnya tulisan kita seperti itu, maka orang akan mempersepsikan gaya tulisan kita seperti itu. Pada selanjutnya akan menilai demikian. Padahal bisa saja seiring dengan berjalannya waktu gaya dan mutu tulisan bisa berubah. Tapi karena persepsi awalnya sudah dicap jelek, maka selanjutnya ada rasa eneg untuk membaca tulisan kita. Bisa jadi, kan?

Persepsi yang salah memang sulit diubah sebelum munculnya kesadaran atau mengalami pengalaman langsung untuk mengubah cara pandang kita. Tetapi masalahnya, bila dari dalam sendiri terjadi penolakan untuk menerima kebenaran yang ada berdasarkan dari pengalaman. Kalau tidak ada keberanian yang luar biasa untuk menerima, kemungkinan selamaya akan terjebak dalam persepsi yang salah ini.

Baca juga :  Pilihan

Sebagai contoh, seorang wanita yang pernah disakiti seorang pria lalu timbul persepsi bahwa semua pria akan menyakitinya. Ketika ada pria baik dan perhatian mendekatinya, maka terjadi penolakan keras. Sebelum kebenaran untuk membuktikan bahwa tidak semua pria yang seperti dipersepsikan, kebenaran itu telah digugurkan.

Jadi, pentingnya untuk mengubah persepsi dengan membuka hati untuk menerima kebenaran yang sebenarnya. Berkeras hati dengan persepsi yang salah, ujung-ujungnya menciptakan penderitaan bagi diri sendiri.

Responses (2)

  1. styuujuhhh dan benerrr… tapi memang ada ‘manusia’ yang bikin kapok ya… terus terusan usaha nyakitin atau mencelakai kita…kalau kaya gitu apa masih akan bertahan persepsi — suatu hari akan jadi baik sikapnya? http://ketikketik.com/wp-content/plugins/wp-monalisa/icons/wpml_scratch.gif

    1. Ci Jo, menurut saya selagi nafasnya masih ada kemungkinan berubah itu pasti ada hehhe

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *