Cerita swasembada beras sudah menjadi masa lalu. Padahal beras adalah kebutuhan pokok rakyat di negeri ini.
Padahal lagi ladang terhampar di seluruh negeri tinggal ditanami. Ya cerita masa lalu, karena kini beras pun harus diimpor untuk memenuhi isi perut kita.
Lucu dan mengherankan memang. Itu baru cerita soal beras. Jagung, kedelai, sampai garam pun kini harus mengimpor.
Bagaimana tidak lucu? Dengan segala potensi yang ada sejatinya pemenuhan kebutuhan pokok itu dapat dilakukan sendiri.
Tapi masalahnya para pemimpin kita lebih sibuk dan bersemangat ‘membudidayakan’ bibit korupsi daripada membudidayakan bibit kebutuhan pokok untuk rakyatnya.
Akibatnyanya sekarang negeri kita kebanyakan koruptor. Di mana-mana ada. Dari Sabang sampai Merauke korupsi tumbuh subur.
Setiap yang punya kesempatan akan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Mumpung masih menjabat. Sudah lupa dengan sumpah-sumpahannya sebagai pejabat. Bodoh amat. Yang penting bisa hidup nikmat.
Dengan prestasi cemerlang para pejabat kita saat ini dalam bidang perkorupsian, maka negara kita sudah bisa ’swasembada’ koruptor.
Sekarang beritanya sudah terekspos sampai ke seluruh dunia. Tentu ini merupakan peluang emas untuk menjadikan kesempatan mengekspor para koruptor. Tempat yang terbaik mungkin adalah ke kutub utara.