Fiksi  

Syair Tak Terbalas

handslightbttfly
psychologyspiritual.wordpress.com

 Tidak jarang, ketika seharusnya sepasang mata tertutup dan tubuh berebah di balai-balai pembaringan, demi menggenapi kodratnya sebagai manusia yang harus beristirahat.

Aku mencuri-curi waktu di antaranya, demi bisa menemukan bait-bait syair, yang pantas aku dengungkan esok harinya.

Syair-syair yang hanya akan memunculkan lengkung di kedua sisi bibirmu, syair yang akan membuat cemburu  terik matahari karena segala pijarnya aku ambil kemudian aku persembahkan untukmu.

Syair yang kalimat per kalimatnya menggambarkan utuh tentang keindahan, keanggunan dan keperkasaanmu.

Aku bukanlah pujangga yang memiliki seribu ragam kosa kata tentang cinta, ataupun seorang tenaga ahli fisika yang mampu memecahkan rahasia-rahasia di atas bumi.

Aku hanyalah titisan dari seorang Romeo, seorang Majnun, seorang Napoleon dan orang-orang yang rela mati demi seseorang yang di cintainya.

Baca juga :  Hari ini Hari Terakhir Tahun Kelinci Logam

Seperti kisah seorang Paris, yang dengan gagah berani membawa Helena keluar dari tembok Sparta, maka akupun ingin menjelma menjadi dia.

Tak peduli gempuran dari para dewa datang menghantam kisah ini, tak peduli bahwa sebuah etika tidak selayaknya di langgar.

Tetapi walau pada sepenggal malam yang waktunya aku curi diam-diam, acap kali aku hanya bisa menjadi patung, mengagumimu namun tiada mampu menuangkan apapun.

Hingga pada suatu waktu, ketika matahari tergelincir jatuh, dan warna jingga perlahan mengantikan biasnya yang menyilaukan.

Bibirmu yang ranum laksana kurma kualitas terbaik, menyampaikan rasa terima kasihmu.

“…Saat kau nyatakan cinta padaku, kau ikhlaskan diri menjadi Majnun, sejak 365 hari yang lalu, mungkin lebih, tetapi aku tidak ingin kau menjadi Majnun yang mati terbunuh karena cintanya pada Laila. Atau menjadi Qarun yang mati karena harta, atau Firaun yang mati karena tahtanya.
Yang aku inginkan adalah kau mencintaiku kemudian mati seperti Hamzah, Ja’far dan Hanzhalah.
Mati sebagai HambaNya, bersamaku..”

Baca juga :  Maafkan Aku

Uraian kalimat yang kau sampaikan tadi sore begitu menguasai membran kepalaku. Kau sampaikan dengan jelas, bahwa kau hanya inginkan sebuah cinta atas ijin-Nya.

Cinta yang lahir dari keakraban dengan TuhanNya, cinta yang berbuah dari berseminya Ikhtiar, serta cinta yang senantiasa untuk bermuhasabah.

Argghh…ternyata sebuah puja-puja yang kupintal menjadi bait syair, tidak cukup bisa meluruhkan teguhmu.

Yang inginkan cinta atas ridhoNya.

 

Respon (9)

  1. “…Saat kau nyatakan cinta padaku, kau ikhlaskan diri menjadi Majnun, sejak 365 hari yang lalu, mungkin lebih, tetapi aku tidak ingin kau menjadi Majnun yang mati terbunuh karena cintanya pada Laila. Atau menjadi Qarun yang mati karena harta, atau Firaun yang mati karena tahtanya.
    Yang aku inginkan adalah kau mencintaiku kemudian mati seperti Hamzah, Ja’far dan Hanzhalah.
    Mati sebagai HambaNya, bersamaku..”

    Indah Ayy, gw suka banget ama quote yang inihttp://ketikketik.com/wp-content/plugins/wp-monalisa/icons/wpml_good.gif

    1. Terima kasih Mas Hans,

      Semoga sebuah cinta selalu menjadi perjalanan yang menyenangkan 🙂

  2. serasa membaca Kahlil Gibran nih, Mbak Novie. Cinta atas Ridho-Nya itu yang sangat luar biasa :sungkem

    1. Selamat sore Pak Kate,

      Aduhhh,,,,syair di atas hanya seperseribu syahdu-nya syair Kahlil Gibran

      hehehe

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *