The Killing Fields Lembaran Hitam Cambodia

 The Killing Fields Menapaki The Killing Fields Tragedi Kemanusiaan
Begitu menapaki jalanan berumput di Kiling Fields “Choeung Ek” Cambodia, entah mengapa tidak tiba saya merasa merinding. Mungkin karena sudah 2 kali saya menyaksikan film tentang tragedy kemanusiaan terbesar dan ternista diabad ini, yakni film setengah documenter tentang The Killing Fields atau mungkin juga suasana hening di lokasi ini, saya sendiri tidak tahu. Ditambah lagi bunyi musik sendu dan suara yang menceritakan tentang kebiadaban manusia ,lewat earphone yang dipinjamkan oleh petugas,seakan menghadirkan diri dalam suasana yang sangat mencengkam. Kendati kisah pembantaian tersebut sudah berlalu hampir 40 tahun yang lalu.
Tak terdengar suara pembicaraan pengunjung di saat ini, selain dari bunyi gesekan kaki yang melangkah pelahan di rerumputan liar yang tumbuh berserakkan disini. Kendati yang tewas dibantai disini, tidak ada hubungan apapun dengan kami berdua, namun tak urung kengerian dan kedukaan yang menusuk ,sangat terasa hingga keulu hati. Seluruh pikiran dan hati ,sesaat seakan terbelenggu oleh suasana yang dicengkram oleh kesedihan. Karena mereka yang mati sia sia disini ,akibat dibantai ,adalah saudara kita juga

SAM_4412 (640x480)Mereka dibantai dengan kekejaman yang tiada taranya,secara sistimatis. Bahkan menurut penjelasan yang disampaikan liwat rekaman ,sebutir peluru, dianggap terlalu berharga dibanding dengan jiwa manusia. Sehingga mereka dihabisi secara biadab dengan tombak, parang dan pentungan. Dan tidak sedikit yang dikuburkan hidup hidup.
Untuk mengakhiri hidup anak anak, mereka merasa cukup untuk dilemparkan ,dibanting ataupun dibenturkan dipohon besar, yang menjadi saksi bisu hingga saat ini, Sebuah guratan sejarah hitam, yang menistakan seluruh umat manusia. Hal inilah yang mengantarkan bangsa Kamboja, kedalam jurang dan titik nadir kegelapan harkat manusia,
The Killing Fields ini hanyalah salah satu yang paling terkenal diantara dari sekitar 300 ladang pembantaian yang ada di negeri ini, pada saat rezim komunis Khmer Merah (Khmer Rouge) berkuasa dalam kurun waktu antara tahun 1975-1979. ” Choeung Ek ini merupakan satu dari 2 tempat wisata yang paling mengerikan di Kamboja. Satunya lagi yaitu komplek penjara S-21 yang kini dijadikan museum yaitu Tuol Sleng Genocide Museum.

Baca juga :  Semangat Nasionalisme Masa Kini, Apa Kabar?

The Killing Fields ini ,berlokasi di Distrik Komun Choeung Ek, Khan Dakor,yang berjarak lebih kurang 17 Km dari pusat kota Phnom Penh. Namun karena jalanan kampung yang berlubang lubang dan sempit, kami baru tiba disini sesudah perjalanan yang melelahkan selama lebih dari 45 menit,dengan mengunakan kendaraan Tuk Tuk, yaitu beca bermesin ,yang merupakan angkutan umum disini. Karena sudah 2 taksi kami tanyai ,namun mereka menolak untuk kesini, dengan alasan ,jalan terlalu jelek untuk taksi mereka.

 

SAM_4413 (640x480)Sejarah Singkat Tentang The Killing Fields
Dengan memanfaatkan emosi rakyat, yang saat itu sudah sangat jenuh dengan pemerintahan yang korup, maka rezim Komunis berhasil mendapatkan dukungan dari hampir seluruh masyarakat. Bukannya karena mereka mendukung komunisme, tetapi semata mata ingin membersihkan negeri mereka dari korupsi yang merajalela.

Tetapi dibelakang hari, dukungan ini ,menjadi sesuatu yang disesali oleh mereka secara turun temurun.
Karena berkat dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak, maka Rezim Khmer Merah di bawah kepemimpinan Pol Pot mengambil alih pimpinan negeri ini , dengan menggusur pemimpin sebelumnya Lon Nol yang dianggap sebagai pemerintahan korup, rezim Pol Pot menjalankan pemerintahan komunis,dengan tangan besi yang sangat ekstrem dan radikal.
Memerintah mulai dari tahun 1975-1979 . Kendati hanya dalam waktu yang sangat singkat, namun pemerintahan Pol Pot telah mengiring bangsa Kamboja masuk dalam jurang yang paling kelam,tragis dan mengerikan dan meninggalkan trauma selama beberapa generasi.. Dengan menggusur pemimpin sebelumnya Lon Nol yang dianggap sebagai pemerintahan korup, Pol Pot menerapkan pemerintahan komunis yang sangat ekstrem dan radikal.
Rezim ini menetapkan negara Kamboja, mengawali dengan “Tahun Nol atau Year Zero” Merekrut paksa seluruh lapisan masyarakat untuk meniggalkan profesi mereka dan bergabung menjadi petani. Seluruh sendi sendi demokrasi dihapuskan secara total dengan diganti dengan pemerintahan otoriter dan diktator.Sehingga pada waktu itu, secara praktis Kamboja terisolasi dari pergaulan dunia.

Baca juga :  Pelajaran Dalam Hidup

SAM_4444 (480x640) (2)Lebih dari 2 Juta Orang Dibantai
Selama pemerintahan rezim komunis ini, lebih dari 2 juta orang rakyat Kamboja dibantai secara sadis dan mengenaskan. Yang meninggalkan trauma yang mendalam, tidak hanya bagi bangsa Kamboja, tetapi juga bagi seluruh umat manusia didunia, yang masih memegang teguh akan harkat dan martabat dari umat manusia. Kedukaan yang mendalam akan selalu hadir dalam hati, setiap kali mengenang kejadian yang sangat tragis ini.

Sebuah Renungan
Manusia diciptakan oleh Sang Mahapencipta ,sebagai makluk yang mulia, beraklak dan berakal budi ,namun manusia itu sendirilah yang menistakan dan menghancurkan harkat kemanusiaannya, dengan membunuh sesamanya. (tjiptadinata effendi)

The Killing Fields- Cambodia , 12 Mei, 2014
Tjiptadinata Effendi

Responses (5)

  1. Terima kasih Pak Tjipta telah berbagi informasi. http://ketikketik.com/wp-content/plugins/wp-monalisa/icons/wpml_good.gif
    Semoga bisa kita ambil hikmahnya..
    Salam http://ketikketik.com/wp-content/plugins/wp-monalisa/icons/wpml_bye.gif

    1. Terima kasih pak. Sebenarnya tiap bangsa memiliki lembaran hitam dalam perjalanan sejarah. Hanya saja ada yang mau mengakuinya dan ada yang mencoba menghapuskan atau mengaburkannya. Kita belajar dari Kambodia , bahwa sejarah tidak boleh dihapus, betapapun pahitnya, Sehingga generasi muda bisa belajar,untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Salam hangat dari Viet Nam

  2. Wah sulit membayangkan bagaimana kekejaman yang terjadi saat itu/ Sulit juga membayangkan bagaimana para tentara itu bisa melakukan pembantaian pada saudaranya sendiri, selamat menikmati jalan0jalannya bersama Bu Lina, salaman

    1. Terima kasih Pak Kate, sudah berkenan memberikan komentarnya. Benar pak , kalau orang masih punya hati, rasanya pasti tidak tega merencanakan menghabisi 2 juta saudaranya sendiri, tapi bila ideologi sudah merasuk kedalam jiwa dan membekukan nuraninya, maka apapun dapat dilakukan orang. Sebenarnya hal ini juga terjadi di Indonesia. tapi tidak ada yang mau mengakuinya…Ideologi yang keliru dari agama ,tidak kurang kejamnya dari apa yang terjadi di Kambodia..Kita hanya bisa berdoa,semoga generasi muda terbebas dari hal seperti ini. Salam hangat dan doa semoga sukses

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *