Untuk kamu, yang selalu saja kujadikan kenyataan, walau pada dasarnya kau sudah berubah menjadi semu, sejak perpisahan yang tidak pernah kita tahu kapan tepatnya terjadi.
Untuk kamu, yang kerap membangunkanku kala terlelap, lalu kemudian membuatku jatuh terhuyung-huyung dengan luka mengangga, berdarah-darah hingga aku kerepotan untuk menekannya, menghentikan pendarahan yang tercipta.
Ya, kamu..demi kamu, aku lacurkan diri merasakan kerontang yang gemarau, serasa terselubung padang gurun tandus.
Bersetubuh dengan cerarau anyir burung padang gurun, mengabaikan indahnya lenggang burung enggang.
Kamu, yang telah berhasil menyekapku pada sebuah peran mencintai tanpa logika, terjebak pada dialog-dialog tanpa epilog.
Hanya kamu, sosok yang bisa renggut seluruh asaku, hingga untuk membahagiakanmu, haruslah aku yang melakukannya. Karena tanpa ku, dirimu takkan bahagia.
Bahkan ketika tengah berdoa, aku haturkan doa dengan permohonan yang sama, agar Tuhan tidak ada punya pilihan lain selain mengabulkan inginku, bersamamu.
Kamu, yang bukan hanya menjadi inginku menikmati hidup, tetapi sudah menjadi bagian dari inginku mati.
Demi mencintaimu, aku relakan memilih pintu neraka, dan abaikan surga.
Semoga kebahagiaan benar-benar nyata menghampiri nanda 🙂
Amin, Bunda 🙂
Hemmmmmmmmmmmmmmmmmm
Esmoga happy deh 😀
Amin..amin pak Armand
Terima kasih untuk apresiasinya 🙂
mmm… cantikkkkk
mbak Novie ini,pasti Rangkaters ya?
salam.. 🙂
Hehehe..terima kasih NK
Iya, saya gadis Rangkat
waaw….Novie.
*ngeri dengan quote terakhir ==Demi mencintaimu, aku relakan memilih pintu neraka, dan abaikan surga==
:mewek2
Komen yang sama dengan Mbak Enggar…Sebegitunya, kah?
Uti Enggar dan Bunda Yetty,
Lidah seseorang yang tengah bersyair, terkadang mampu menjadi lidah yang tak “waras”
Pemerannya banyak nih, saya udah terdaftar belum ya?