Bahwa tuanya umur seseorang belum pasti akan menjamin akan semakin bijak dan dewasa secara kerohanian. Dengan rambut yang memutih dan memasuki usia senja hanya menandakan seseorang bertambah umurnya. Soal bijak dan dewasa jiwa belum tentu, karena hal ini tidak selalu ditentukan oleh umur.
Baru – baru ini saya melihat sepasang orang tua dengan wajah yang sanggar mendekati pengendara motor yang menyenggol motornya yang sedang parkir. Ada sedikit kerusakan pada bagian knalpot. Pengendara motor ini adalah yang membonceng adik saya.
Entah mengapa saat hendak memundurkan motornya setelah berteduh akibat hujan, motornya tersebut menyenggol motor milik orang tua tersebut dan mengenai bagian penutup knalpotnya. Mungkin karena tidak senang, sehingga orang tua tersebut marah lalu bersama istrinya dengan muka yang dipasang galak mengerubuti pengendara yang menyenggol motornya.
Saya hanya bisa melihat dari kejauhan dan adik saya tidak mau berlama – lama berurusan langsung memberikan selembar uang lima puluh ribu sebagai ganti kerusakan yang menurut adik saya tak seberapa yang kemudian justru dengan sengaja dibuat lebih rusak oleh orang tua tersebut.
Yang menarik perhatian saya adalah sikap dari kedua orang tua tersebut yang bersama cucunya yang masih kecil saat itu tampak demikian sanggar untuk menyelesaikan masalah ini. Karena yang mengendarai motor masih agak lugu, akhirnya tak bisa bicara apa apa. Sebelumnya kami tidak mengetahui kejadian itu.
Terlepas kesalahan yang dilakukan oleh pengendara yang membonceng adik saya, tentu bisa diselesaikan dengan baik dan kekeluargaan. Tanpa perlu dengan wajah beringas, seakan – akan ada hal besar yang harus diselesaikan.
Setelah kejadian itu, pada saat menjelang malam saya menonton sinetron ‘Para Pencari Tuhan’ yang menjadi langganan saya setiap tahunnya. Nah, pada salah satu adegan juga berkenaan dengan perilaku orang tua yang tidak bijak dan dewasa.
Diceritakan ada dua nenek yang demi untuk memenuhi kebutuhan makanannya, kemudian pergi ke kebun orang mencuri daun singkong. Ketika ketahuan oleh yang menjaga kebun tersebut, keduanya tampak ketakutan. Karena ini bukan kejadian yang pertama.
Mamang yang menjaga kebun mengingatkan dan menegur aksi kedua nenek tersebut. Tetapi bukannya menyadari kesalahannya, keduanya malah membenarkan perbuatannya dan balik menyalahkan penjaga kebun tersebut yang jadi kebingungan. Ibu yang salah malah lebih galak.
Walau ini adalah cerita fiktif, tapi saya yakin perilaku yang serupa ada terjadi dalam kehidupan kita sehari – hari. Bukan omong kosong. Perilaku orang – orang yang sudah memasuki usia senja tapi masih jauh dari baik dan benar.
Dari peristiwa ini saya jadi bertanya – tanya: Apakah saya akan serupa berperilaku demikian ketika memasuki usia tua kelak? Menyedihkan dan mengerikan bila demikian. Ketika kematian sudah menjelang kesadaran untuk menjadi baik pun masih di awang – awang. Apa artinya hidup ini bila demikian? Sia – sia dan merugi tentunya.
Jadi…?
Orang tua yang belum bisa mengendalikan emosi, masih banyak kita temui, tapi banyak juga mereka anak muda yang berfikiran ‘tua’ karena diharuskan oleh keadaan… itulah kehidupan..
Itulah kehidupan , apa yang tampak oleh mata belum tentu adalah benar
kayaknya saya pernah nulis ginian deh Ko-Kat banyak orang menua cuma ‘panen uban’ saja..
Ya Ci Jo dalam kehidupan banyak hal yang sama, mungkin kita punya pandangan yang sama atau dari sudut pandang yang berbeda dari satu masalah. Terima kasih :cool
pemikiran “tua” adalah hasil dari orang tersebut menyikapi hidup, serta bagaimana lingkungan di sekitarnya juga.
kalau bung Kate kayaknya nggak begitu deh