Gaya  

Tuhan Diobral

Pengurus masjid di sebuah kompleks perumahan padat, berkeluh-kesah akan aksi anak muda yang doyan balapan, meraungkan knalpot motornya. Pengurus masjid itu kadang menunggui pemuda itu, berharap bertemu dan menegurnya baik-baik. Anak muda itu sadar jika ditunggui, ia gak bakalan lewat. Pas pengurus masjid itu telah raib, dan masuk masjid kembali. Anak muda itu naik motor lagi, lewat lagi, makin keras suara knalpotnya. Sang pengurus masjid, hanya sanggup melihatnya dari kejauhan.

Lalu, pengurus masjid itu datang padaku. Mohon bantuan, kiranya aku bisa menegur anak muda itu, sebab aku kenal baik anak itu. Dengan bahasa Indonesia, dialek Makassar. Si Pengurus Masjid berkata:

Bos, tolong ajari anak itu, suka sekali ribut kalau lewat.

Namanya juga anak muda, kita juga dulu begitu.

Tapi membisingkan

Apa bedanya dengan toa masjid? 

Bedanya, suara toa itu suara Tuhan. Yang dengar dapat pahala.

Aku malah dapat dosa.

Kenapa?

Karena aku pernah bilang, Tuhan kok diobral, suara Tuhan kok diracing, dicemprengin

Tapi itu untuk kebaikan.

Kebaikan untukmu, belum tentu kebaikan di mata Tuhan.

Tuhan yang mana?

Tuhan Yang Maha Lembut

————–

Dia balik badan, sepertinya ia paham maksudku bahwa Tuhan tak suka suara keras…karena DIA MAHA LEMBUT….

 

Respon (3)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *