Untuk Apa?

“Ngapain cinta jika harus menderita”, ucap seorang remaja akhir, di kompleksku. “Mending tanpa cinta, dan hidup tenang”, timpal yang lain. Dua sisi pandangan yang sama baiknya, sama buruknya. Tak perlu dielus-elus kata-kata ini, dipaksakan untuk diterima, satu sama lain, Itu memang aksioma alamiah, semua demi tuntutan ketenangan dan cinta, mana ada ketenangan dengan sensitifnya cinta dan cemburu. Cinta itu ego, seloroh seorang wanita yang kutemui di sebuah kedai.

Umpatan lainnya: “Ini soal remaja dan cinta serta kisah kasih”. Hemmmm, apa memang soal cinta itu milik sekauman saja. Tidak bukan! Bagaimana mungkin sejenis kaum saja, padahal hati itu milik seluruh tingkatan usia. Lantas, apakah yang sebenarnya yang dicari manusia akan perkara cinta. Bahagia? Rasanya: Absurd. Cinta itu betapa masif efek-efek dan gelombangnya,

Baca juga :  Belajar Hidup dari Kematian Sisca Yofie

Dan begitu banyak manusia bernasehat soal ini, katanya jangan diresapi. Jangan diselami, jangan dilawan, jangan diikuti, jangan diambil hati dan JANGAN..JANGAN yang lain. Begitu banyak kata JANGAN di sini. Malah nenek dilibatkan. Kata nenek, itu berbahaya. Malah paranormal ambil porsi tertentu, dengan bahasa kocaknya: Dukun Bertindak. Aneh tapi faktuil. Persis cinta caleg, kursi basah diempuk-empukkan lewat titah Mbak Dukun. Pun pemburu-pemburu jabatan, pemuja-pemuja kekuasaan dan penggamit-gamit tahta dan harta.

Rasanya Tuhan Tak Bloon, hakikat akan semua peristiwa berbanding lurus dengan makna, hakikat dan filosofisnya sendiri. bahwa cinta itu bahagia adalah benar, bahwa cinta itu bersedih-sedihan pun tak salah. Cinta itu melukakan, juga benar sekali. Yang berbeda, hanyalah kemampuan kita menikmatinya dan dan perlu reaktif berlebihan sebab cinta adalah time zone hati. Maka yang terindah adalah CINTA Ke Tuhan dan Cinta ke ayah-ibu. Tiada kecewa mengerang di sana, tiada sakit hati yang bertengger di sana. Sebab cinta Tuhan tiada berujung, Cinta ayah-ibu, tiada bertepi. Ikhlas tanpa hitung-hitungan, Tanpa pamrih,

Responses (2)

  1. Tapi cinta yang bagaimana dulu ke Tuhan, Bro…kalau cintanya gombal ketika apa yang diminta tak dikabulkan Tuhan bisa berontak juga hehhe

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *