Waspada

Kamis, 13 Februari yang lalu, kakak saya yang tinggal di Palur kota Solo merasa terkejut. Menjelang tengah malam ia mendengar bunyi berdebum. Bunyi yang  menyerupai bunyi tembok yang sedang digempur menggunakan bogem.  Dengan sedikit rasa kaget campur deg-degan ia nyalakan lampu kamar yang sempat dimatikan karena sudah ingin tidur. Ketika itu suara berdebum  kembali terdengar hingga mengggetarkan kaca-kaca jendela dan almari yang ada. Sambil bertanya-tanya dalam hati, ia menuju kamar lain untuk membangunkan anaknya yang sudah tidur.  Keponakan saya pun akhirnya bangun dan ikut cemas mendengar suara itu. Dengan perasaan cemas dan sedikit mencekam, mereka menuju jendela depan. Mereka berjalan mengendap-endap untuk meraih gorden agar bisa mengintip kondisi di luar rumah.

Booom” kembali terdengar suara diikuti  getaran yang lebih kencang. Dalam kegelapan( karena semua lampu memang sudah dimatikan) keponakan  mengendap-endap untuk mencari anak kunci pintu menuju tempat jemuran di atas.(Pokoknya  di rumah sendiri seperti pencuri deh) Sambil menuju tangga, ia ambil pisau yang ada di meja makan. Ia pegang pisau kuat-kuat untuk berjaga-jaga. Dengan sangat hati-hati ia meniti tangga hingga akhirnya dapat membuka pintu. Sesampai di atas dengan waspada ia coba dengarkan suara berdebum yang masih tetap berbunyi. Ternyata saat keponakan sudah berada di luar rumah dan berada di atas, dapat merasakan bahwa suara itu sangat jauh.

Baca juga :  Semangat Nasionalisme Masa Kini, Apa Kabar?

Sekitar lima belas menit bunyi-bunyi yang diikuti getaran itu berlangsung. Tanda tanya besar tentang bunyi itu belum terjawab. Memang pada awalnya mereka berpikir ada perampokan dengan menggedor tembok.   Akhirnya setelah beberapa saat, ia mendengar suara orang berbincang-bincang di luar rumah. Mendengar suara itu, kakak dan ponakan yakin betul itu suara Mas Wahyu tetangga depan rumah. Akhirnya  mereka pun berani untuk membuka pintu dan keluar dari dalam rumah. Sesampai di pintu gerbang, ia sudah dapat melihat Mas Wahyu tadi sedang berbicara dengan seseorang melalui telepon.  Tak lama tetangga sebelah yang lain pun ikut keluar. Sesampai di luar rumah semua orang menghampiri Mas Wahyu, hingga mendengar pembicaraan dalam telepon yang menyebutkan bahwa itu suara Gunung Kelud meletus. Kelegaan akhirnya menyelimuti hati warga Palur.

Saat mendengar cerita ini, saya kembali teringat dahulu sering membaca sebuah Majalah Berbahasa Jawa dengan rubrik “OPO TUMON”. Rubrik ini berisi kisah-kisah lucu yang dialami pembaca. Nah, di sini saya langsung komentar “ Wah opo tumon gunung meletus dibawakan pisau”, seketika itu kakak pun ikut tertawa walau dia masih terbayang suasana mencekam yang dialaminya. Namun jelas tindakan ponakan tadi semata-mata sebagai bentuk kewaspadaan dan berjaga-jaga.

Baca juga :  Dasar...

Dalam segala situasi, waspada memang kata yang akrab dengan kehidupan kita. Sikap hati-hati dan senantiasa berjaga-jaga merupakan kunci dalam kita menjalani kehidupan ini. Tentu kewaspadaan tidak selalu berhubungan dengan hal yang fisik dan kasat mata saja. Justru kita harus selalu berhati-hati dan waspada terhadapa pikiran kita. Mengapa? Pikiran ini merupakan sumber segala kebaikan dan kejahatan. Jika pikiran kita selalu positif maka yang akan terlihat secara kasat mata juga perbuatan positif. Akan tetapi, kalau di dalam pikiran kita yang ada hal-hal yang negatif tentu tindakan  negatif pula yang akan kita temukan. Oleh karena itu, yang kita perlukan tentu kewaspadaan menjaga agar antara pikiran dan perbuatan dapat berjalan serasi dan seimbang.  Ada tertulis “ Berjaga-jagalah dan waspada, sebab kalian tidak tahu kapan waktunya akan tiba”.  Jadi, waspada adalah kunci menjalani kehidupan agar  selarah dengan kehendak Allah.

Salam ketiker-AST 170214

Responses (8)

  1. Soal waspada ini ada juga yang mengingatkan, waspadalah sebab pencuri selalu berkeliaran di sekitar kita melalui mata, mulut, telinga, hidung dan pikiran

    1. Oleh karena itu Bung Kate, kita perlu buka mata, buka telinga, buka hati, dan buka pikiran tetapi tetap tutup mulut untuk menghindari pencuri masuk dalam kehidupan kita.

  2. menarik sekali Gunung mletus mau ditusuk pakai pisau?? hihi..tapii luar biasa alam ya, dari geliat Kelud, palur bisa berguncang… :hotrit

    1. Hetakan Kelud yang maut, G. Merapi saja abu di Yogya tak mencapai 5cm Jeng Winda

  3. Wah,sempat deg deg an saya bacanya,kayak cerita detektif mbak Anita.hehe…ternyata gunung meletus yaa… Mbak Anita jadi bintang di sini yaa…selamat hehe

  4. Hehehe… terima kasih Pak Tjip, bersyukur kita gak ngalami langsung tentu kita juga akan panik Salam hormat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *