“ Ibu,saya tertipu oleh orang yang mengaku bernama Deni Setiawan. (pasti nama palsu – fd) Setelah meminjam uang dari saya, dia menghilang. FB diblokir dan nomor HP nya tak bisa di hubungi. Pantesan waktu itu HP saya dipegangin terus. Ternyata dia hapus no telponnya di hp saya. Teganya dia menipu seorang janda yang harus cari nafkah sendiri. Mohon bantuan ibu untuk menulis kisah penipuan ini agar tak ada lagi korban. Masalah uang biarlah dia makan. Insya Allah bu, si penipu akan mendapat balasan atas perbuatannya.“
Demikian pesan dari seorang ibu pada saya beberapa hari lalu.
Jaman sekarang para penipu tak punya rasa malu dan takut pada Tuhan. Demi uang mereka mau melakukan apa saja, bahkan membawa agama untuk memikat calon korban. Sungguh mereka tak punya hati nurani dan tega menipu bangsanya sendiri.
Seperti kisah Arida (samaran) yang usianya kira kira 45 th. Dia mengira sang kekasih lelaki soleh tapi ternyata penipu kelas teri yang tega ngembat duit seorang janda. Mungkin si lelaki ini pengangguran yang ngga bisa makan kalau tidak menipu orang atau sudah keenakan makan uang haram.
Pertengahan April 2014 Arida berkenalan dengan pria bernama Deni Setiawan lewat Facebook yang mengaku seorang mualaf dan pernah belajar agama Islam di pesantren. No HP : 082311373032. Katanya ia punya rumah dan toko herbal di Bandung dan Jakarta. Biasa kerja sama dengan dokter kandungan di Jakarta menjual obat untuk pasien yang ingin punya keturunan tapi kalau dia sakit berobatnya ke Singapore. Pokoknya biar terkesan orang kaya banget gitu deh.
Photo kiriman dari korban Arida
Baru kenal tiga hari, Deni sudah mulai merayu dan ingin berkunjung kerumah Arida. Mungkin ibu ini baru kenal Facebook dan tak tahu di social media banyak musang berbulu domba. Dia langsung percaya saja kalau Deni serius dan ingin mengenal keluarganya,
Arida senang sekali saat Deni datang kerumahnya pada tanggal 17 April 2014. Kebetulan dirumah itu ia hanya bertiga dengan orang tuanya yang sudah sepuh. Sedang anak anak Arida tinggal diluar kota. Dihadapan kedua orang tuanya Deni mengaku mualaf yang sudah umrah ketanah suci. Ia juga berjanji akan menikahi Arida secepatnya. Maka tanpa ragu keluarga Arida mengizinkan Deni menginap semalam dirumah mereka. Apalagi ketika melihat sang kekasih mau menjadi imam saat sholat berjamaah dengan keluarganya. Arida makin bahagia dan merasa sang pujaan lelaki soleh.
Esok paginya saat Arida berdua saja dengan Deni, ia mendengar sang kekasih bicara ditelpon dalam bahasa Mandarin dengan temannya di Cirebon. Tentu saja ia tak mengerti apa yang dibicarakan. Lalu Deni menjelaskan bahwa ia ingin memesan obat tapi uangnya kurang dan ingin pinjam uang dari Arida dengan janji akan dikembalikan esok pagi.
“ Gimana dong aku lagi ngga ada uang.” jawab Arida
“ Pinjam mainan kamu saja!’ ujar Deni
“ Mainan apaan?” Arida bingung.
“ Itu yang ditanganmu.”
Maksud sang kekasih adalah gelang emas yang sedang dipakai Arida, nilainya kurang lebih 5 juta rupiah. .
“ Oh jangan, ini hadiah dari kedua orang tuaku.”
Deni terus merayu agar Arida mau membantunya. Ia juga berjanji jika datang lagi akan membawa mobil pribadi. Berhubung sangat percaya pada sang kekasih, Aridapun meminjam uang pada orang tuanya sejumlah 1 juta rupiah lalu diberikan pada sang kekasih. Untung ia minta lagi 200 ribu dengan alasan buat ongkos menengok anaknya. Artinya uang yang diembat penipu 800 ribu.
Setelah Deni berpamitan pada keluarga Arida, ia pun menghilang tiada kabar. FB diblokir, nomor HP sudah tidak aktif.
Menurut pendapat saya, penipu di Indonesia makin besar kepala karena :
1. Beli SIM Card murah meriah, di kaki lima cuma 2000 rupiah.
2. Aktifkan pakai KTP abal abal tinggal cari KTP orang di Google.
3. Selesai menipu tinggal LEMBIRU, lempar beli yang baru.
4. Bisa buka akun bank dengan saldo awal 50 ribu saja.
Saya perhatikan di negeriku tak ada perlindungan hukum bagi korban korban penipuan. Tak heran penipu makin merajalela. Mereka juga tak tahu malu membawa agama sebagai kedok untuk menutupi niat busuknya. Astagfirullah….
Untuk itu kita harus pandai menjaga diri, cerdas dan cermat mengamati orang orang yang baru kita kenal lewat social media. Semoga kisah ibu Arida dapat dipetik hikmahnya.
Catatan :
Terima kasih untuk Arida yang mengizinkan saya menulis kisahnya. Terima kasih untuk kang Endang yang sudah memberi informasi mengenai penipuan ini.
waduh kasihan yaaa,..sering banget korbannya wanita single…