Wiranto-Prabowo Bersatu, Jokowi Terancam ?
What a surprise ?
Ini ada berita yang cukup mengejutkan sekaligus membahagiakan. Sebab sebagaimana kita tahu, Wiranto dan Prabowo, keduanya adalah mantan petinggi TNI yang pernah ‘bermusuhan’ pada tahun 1999, yaitu terutama ketika terjadi gonjang ganjing didalam tubuh militer terkait isu kudeta yang akan dilakukan oleh Pangkostrad Prabowo. Kala itu diam diam Wiranto melapor kepada Presiden Habibie bahwa Prabowo telah menggerakkan pasukan kostrad untuk melakukan kudeta. Hal ini jelas sangat mendeskreditkan Prabowo dan bahkan Presiden Habibie (yang katanya atas persetujuan mantan presiden Soeharto) langsung memerintahkan agar jabatan Prabowo sebagai Pangkostrad segera dipindahkan menjadi Komandan Sesko ABRI, yang berbuntut diberhentikannya Prabowo dari karir Militernya.
Entah seberapa jauh tingkat kebenaran laporan itu, yang jelas hingga kini tak pernah terjadi kudeta dan Prabowo bahkan merasa di fitnah dan zalimi. Terkait hal ini Prabowo tentu merasa kecewa berat kepada Wiranto. Namun mungkin karena merasa yunior dibanding Wiranto, maka Prabowo hanya bisa mengalah dan pasrah menerima semua yang telah terjadi.
Latar belakang hubungan yang kelam antara Wiranto dan Prabowo dimasa silam, membuat saya agak ’surprise’ juga mendengar kabar bahwa Wiranto dan Prabowo telah bersatu kembali. Sepintas saya juga ikut merasa bahagia, sebab kedua jendral yang pernah ‘berantem’ itupun akhirnya dengan ikhlas melupakan masa lalu dan kembali menjalin tali silaturahmi.
Namun demikian didalam benak saya timbul pertanyaan, mengapa Prabowo tiba tiba datang menemui seniornya itu ? Apakah sekedar mencari dukungan melalui koalisi partai, mengingat posisi Prabowo agak goyah karena dukungan PPP sedang terpecah belah ? Ataukah ada tujuan yang jauh lebih besar dari sekedar mencari mitra koalisi saja ?
Strategi besar sedang dirancang ?
Kalau boleh saya berprasangka buruk, bersatunya dua Jenderal, Wiranto dan Prabowo tidak sekedar bersatunya dua manusia yang dulu pernah bertengkar. Namun ada satu hal yang sangat penting terkait dengan persaingan sengit dalam memenangkan Pemilu 2014 ini. Wiranto dan Prabowo sama sama Capres, namun nampaknya elektabilitas Prabowo lebih tinggai dibanding Wiranto, dan Wiranto juga telah mengakuinya. Dengan demikian maka yang akan terjadi adalah bahwa dengan adanya Prabowo bersedia datang menemui Wiranto, maka selain menunjukkan kebesaran jiwa Prabowo, juga sebagai wujud penghormatan kepada seniornya. Hal ini tentu disambut dengan senang hati secara pribadi maupun oleh kubu Wiranto.
Dengan demikian, maka selanjutnya Wiranto tentu akan bersedia sepenuhnya mem-backup Prabowo menghadapi apapun yang akan terjadi. Meski keduanya adalah purnawirawan ABRI, namun mereka saya ibaratkan dua macan tua. Meski keduanya sudah tua, namun bukan berarti tak bisa menerkam mangsa mangsanya. Apalagi kedua macan tua itu bersatu untuk melawan ‘musuh-musuh’ nya, tentu menjadi sebuah sinergi yang luar biasa. Bisa kita perkirakan, bila Wiranto dan Prabowo bersatu dan bersama-sama bergerak untuk mencari dukungan dari para senior lainnya dikalangan militer, maka tentu posisi Prabowo sebagai calon presiden menjadi sangat kuat, minimal terkait dukungan dari kalangan militer.
Lalu apa hubungannya dengan Jokowi sebagai Capres yang menjadi pesaing berat Prabowo ? Jokowi yang sipil melawan Prabowo yang militer ? Bila anda dipaksa memilih, mana yang lebih kuat ?
Hal ini tentu tidak terlalu relevan bila dikaitkan dengan proses pemilihan Presiden, sebab Capres dari kalangan militer, tidak serta merta akan menang karena didukung oleh kekuatan militer, sebab yang memilih adalah rakyat, bukan militer.
Namun didalam kenyataannya, mungkin karena sudah terlatih didalam menghadapi segala situasi keamanan negara, maka para petinggi militer memiliki strategi tersendiri yang cerdas dan pada titik tertentu, tak pernah bisa ‘disentuh’ oleh kalangan sipil. Sebagaimana diketahui, militer adalah prajurit terlatih dan memiliki jiwa corsa (esprit de corps) artinya mereka rela mati demi membela kesatuannya. Ketaatan kepada perintah komandan adalah kunci dalam memenangkan pertempuran atau keberhasilan sebuah operasi. Apakah teori ini juga bisa diterapkan didalam dunia politik ?
Tentu saja bisa, dan sudah terbukti ketika terjadi peristiwa kerusuhan di tahun 1998 lalu, yang berdampak sangat luas itu diawali oleh segelintir oknum berambut cepak yang ditengarai sebagai provokator dan berasal dari anggota militer (pasukan khusus). Siasat dan strategi yang telah disusun oleh petinggi militer sangatlah rahasia, sulit untuk dideteksi oleh rakyat, dan jarang sekali gagal.
Kondisi inilah yang membuat saya berpikir bahwa posisi Jokowi tentu makin terancam mengingat kedua purnawirawan Jenderal itu kini telah bersatu. Kekuatan Prabowo bertambah. minimal disisi dukungan moril dari kalangan petinggi ABRI.
Bila militer sudah bergerak, jangan pernah dianggap sepele. Bukannya kita harus takut kepada militer, sebab sejatinya mereka dibentuk untuk melindungi rakyat, namun bila militer sudah memasuki wilayah politik, masihkah bisa dipercaya bahwa mereka tak punya tujuan ‘tersembunyi’
Saya sungguh yakin bahwa kondisi keamanan menjelang Pemilu Presiden 2014 hingga hari pencoblosan nanti, tentu akan aman terkendali, sebab masih ada kandidat Militer yang sedang ikut ‘bertanding’ . Tapi setelah itu, ketika selesai perhitungan suara dan ternyata pemenangnya adalah dari kalangan sipil, apakah kandidat lainnya bisa bersikap ikhlas dan legowo ?
Tentu itu yang diharapkan, namun nantinya bila menyampaikan pernyataan menerima kekalahan janganlah sekedar terucap dibibir saja. Apalagi yang dari kalangan militer, sudahlah untuk apalagi memberontak, rakyat sudah banyak menderita, jangan lagi menambah lembaran hitam penderitaan rakyat !
Salam..
Bersatu memang untuk mengancam ya Bro?