Ikhlas Menerima
Sebagai manusia, tentu kita berharap hal-hal yang menyenangkan atau sesuai dengan keinginan kita saja yang terjadi. Tapi ada daya semua itu tak mungkin alias mustahil.
Hari ini, Minggu 23 Februari 2014, ada serangkai kejadian yang tidak saya kehendaki. Mulai dari pagi sampai sore.
Pagi-pagi rencananya mau antar si dede latihan sepak bola, batal. Mana si dede sudah beberapa minggu tidak ikut latihan. Selain karena istri kurang sehat dan takut lapangannya tergenang air, juga ada kejadian banjir di sekitar pabrik dan sebagian warga ada yang mengungsi ke area pabrik yang menjadi penyebab saya gagal mengantar si dede. Tentu si dede sedih.
Sorenya saya ingat ada undangan acara pengukuhan pengurus organisasi kedaerahan di gedung pertemuan Lippo Karawaci. Rasanya tidak enak kalau tidak pergi. Walau badan sedang panas dingin berangkat juga saya sendirian.
Karena acaranya sekitar waktu jam makan malam saya sengaja tidak makan terlebih dahulu. Apalagi saya tahu biasanya teman saya ada menyumbang makanan khusus berupa menu vege.
Sayang saya berangkat agak telat, sehingga begitu sampai ke tempat semua makanan sudah ludes. Tinggal yang tampak sisa-sisa makanan berserakan. Apes deh. Cuma bisa bengong.
Tapi lumayan di atas panggung masih banyak acara dan tumpukan door prize. Ada kulkas atau mesin cuci lumayan banyak.
Tetapi pasti saya tidak akan kebagian sebab saya harus buru-buru balik lagi. Ya sudah. Setelah cilingak-cilinguk, bergegas saya pulang. Tapi ya ampun, baru memacu sepeda motor belum lama turun hujan. Apesnya lagi, jas hujan yang selalu saya bawa ketinggalan.
Saya harus buru-buru pulang jadi mau tidak mau terus memacu sepeda motor, agar cepat sampai tujuan. Panas dingin dan kepala pening terguyur semakin mantap rasanya.
Sebenarnya dalam hati sudah ingin berkeluh kesah. Beruntung saya berusaha untuk ikhlas menerima kejadian yang tak menyenangkan ini.
Begitu sampai dekat area pabrik alamak sepertinya ada pemadaman listrik. Gawat nih. Tapi untungnya khusus area pabrik tidak terjadi pemadaman. Beruntung juga, dimana sebelum berangkat badan sudah panas dingin setelah tersiram air hujan dan mandi air dingin juga panas dinginnya malah hilang. Segar dan bisa menulis lagi.
tsk tsk tsk..perjuangan seorang Katedrarajawen…. bersabar,..semua indah pada waktunya… :cendol
ya indah, Ci Jo, sampai ke pabrik bikin nasi goreng bikinan sendiri, pening kepalanya langsung hilang hehhe