”Jadi kapan married?”
“Jadi kapan ngundangnya?”
“Jadi kapan nih punya ponakan lagi?”
Hayooo…. Siapakah yang sering dapat pertanyaan serupa?
Pertanyaan sejenis yang pastinya intinya sama dan berulang yang akan ditanyakan untuk yang masih berstatus single aka belum menikah. Bosen- bosen dah dengernya sampai kalau kata teman saya bikin gedek (itu lo yang artinya sama dengan kesel pake banget). Pertanyaan ini akan semakin gencar jika kamu berada di usia rawan terutama perempuan nih, penghujung kepala dua. Bukan juga yang kaum lelaki single terbebas dari kasus yang sama, namun perempuan dapat tambahan momok dengan pernyataan usia semakin bertambah maka kehamilan semakin berbahaya. Jadi beberapa perempuan jelas menjadi galau bin ababil kalau umur bertambah, jodoh belum tiba dan grasak grusuk omomgan sekitar. Gerrrrrr……makin menjadi ceritanya.
Jodoh itu pasti
Ngomongin masalah jodoh begini, paling males sebenarnya. Panjang urusannya namun topik ini semakin menarik ternyata karena pasca tahun baru 2014 semakin ramai bahasannya. Jelas tahun baru, hitungan angka usia menjadi bertambah so kegalauan pun makin menjadi. Termasuk dalam lingkaran kehidupan saya, status fb beberapa rekan mau tidak mau membuat saya terkekeh, obrolan disela rekan kerja, hingga dalam setiap berkumpul (reunian) bersama teman- teman pun bahasan pun tak jauh- jauh dari kapan nikah, hingga pertanyaan yang samaama diajukan oleh saudara juga para tetangga sekitar.
Intinya selama kamu masih single, itu status di KTP belum berubah dan undangan belum disebar, maka pertanyaan yang sama akan selalu ditanyakan!!!!
Jawaban paling klasik yang akan kita berikan, “Doain aja segera ketemu jodohnya!”
Klasik.? Memang! Tapi itu memang jawaban apalagi yang diinginkan. Urusan jodoh itu sudah ada yang mengatur, toh jodoh sudah tertulis jelas kenapa masih diperpanjang lagi pertanyaannya! Berhubung sudah diatur Allah, kenapa mesti khawatir?
Peduli atau Sindiran
”Itu aja umurnya dibawah kamu sudah menikah, kok kamu kalah?”
”Terlalu tinggi sih kriterianya, makanya susah,”
”Udah sih, terima aja yang ngelamar daripada jadi perawan tua,”
”Nggak mau buka hati sih,”
”Susah sosialisasi sih!!”
Menjengkelkan ya ketika pertanyaan menjadi menyudutkankan kita. Sumpah, nih orang- orang berisik amat sih ya. Ini peduli apa nyindir?
Walaupun mau kesel bin jengkel bagaimanapun dan pastinya bikin panas telinga tetapi toh pertanyaan tetap akan berdengung selama status belum berubah. Positif ththinking saja, makin banyak orang berkomentar makin banyak pula yang peduli dan pastinya makin banyak pula yang menndoakan kita segera berpasangan.
Menikah itu bukan perlombaan lari *copas status kawan*, dimana pemenang ditentukan siapa dahulu yang sampai ke finish. Lalu jika diantara teman- teman sekitar kita sudah menikah duluan dia dikatakan hebat? Keren? Juara!. Kita pun ingin berada digaris finish selanjutnya?? Takut jika menjadi yang terakhir diantara teman- teman lain.
Upss, ingat!setelah garis finish akan semakin panjang urusan melibatkan dua kepala, seumur hidup pula. Kalau kata emak- emak disekitaran saya, “Nikmatin aja mbak single, nanti kalau udah jadi ibu- ibu belum tentu bisa bebas, lagian sudah diatur!”
Perempuan dan umur
Ini adalah momok paling menyeramkan yang dihadapi sebagian besar perempuan di Indonesia. Bukan juga kaum lelaki tidak memyimpan masalah tersendiri, namun persoalan jodoh bagi perempuan sangat terkait umur. Semakin bertambah usia semakin kegalauan pula yang dirasakan apalagi ditambah jika desakan terkuat dari orang tua. Untuk sebagian masyarakat kita, jika memiliki anak perempuan yang usianya semakin bertambah dan masih lajang tertentu mereka sangat khawatir plus pastinya ditambah omongan orang. Kata ”perawan tua” itu terdengar mengerikan loh?
Ketahuilah bahwa setiap perempuan normal pastinya memiliki keinginan untuk memiliki pasangan. Pasangan seumur hidup, tentunya perlu kesiapan mental yang sangat ketika memutuskan menikah. Namun dalam prosesnya pasti berbeda, ada yang masih terhitung muda namun juga tak dipungkiri ada juga yang sudah terhitung tua. Tetap berdoa, meminta langsung pada Allah dan tentunya berprasangka baik maka kelak hari bahagia itu kan datang.
Yakinlah, pertanyaan itu takkan berhentinti sampai kamu benar- benar menikah so daripada ribet mikirin omongan orang, lebih baik melakukan hal lain yang lebih bermanfaat. Dalam artikel opa Tjiptadinata, manusia diberi kebebasan oleh sang Pencipta untuk memilih: menjadi manusia yang dikenang karena bermanfaat bagi orang lain atau menjadi manusia yang dilupakan karena kehadirannya di dunia tidak berarti bagi siapapun. Dan saya memilih bermanfaat bagi orang lain, banyak hal yang dapat saya lakukan sekarang daripada menggalau tak keruan. Toh, akan ada masanya, tanggalnya dan harinya jodoh dipertemukan. Saya percaya itu. So stay cool……. 🙂
(ISL)
Bandung, 15 januari 2014
ya tettep enakkan punya pasangan toh mbak.. he he he salam kenal :cendol
hahahahahahahahaha
Itu rantai pertanyaan alamiah 😀
Jadi, mbak Imas ini kapan menikahnya? habis milih2 sih, yang lamar dosen, eh katanya mau penulis aja, giliran yang lamar penulis mau guru aja…bingungkan hihihi