Gaya  

Menjawab Tantangan (III)

Ketika berusia lebih muda saya sempat memikirkan dua cara kematian. Seolah dua cara itulah yang paling mungkin terjadi menimpa diri. Pilihannya adalah berikut ini. Apakah lebih baik mati dengan cara jatuh dari angkasa seperti kecelakaan pesawat, terjun payung dan sebagainya? Atau lebih baik mati dengan cara tenggelam di dasar samudra seperti kecelakaan kapal laut, tenggelam terbawa arus dan seterusnya? Dan sungguhan, saya bahkan sempat menghitung kira – kira lebih menyakitkan yang mana, jatuh dari langit atau tenggelam ke dasar laut ? Akhir – akhir ini sejak menunggui ibu sakit hingga berbulan lamanya, saya menemukan mimpi buruk saya. Trauma dengan kematian karena penyakit! Buat saya melihat berbagai selang bergelantungan di tubuh dan setiap hembusan nafas jadi hitungan penentu ketidakpastian adalah sangat menakutkan. 

Chasing Mavericks (2012)

surfer
foto: www.historyvshollywood.com

Sebelumnya saya berkisah tentang team kereta luncur salju dari Jamaica, lalu Scott Lutz serta keberuntungannya lolos dari maut dengan ber-skydiving. Kali ini kisah berlanjut tentang Jay Moriarity, seorang anak muda peselancar – surfer yang berasal dari California. Jay yang bertempat – tinggal di tepi pantai Santa Cruz California adalah ‘anak pantai.’ Mungkin tak ubahnya anak pantai yang ada di Indonesia. Katanya anak pantai suka santai? Namun Jay Moriarity menunjukkan keistimewaan bahwa ‘anak pantai’ bukan berarti selalu santai dan tak memiliki tujuan hidup. Bermodalkan kecintaaan pada ombak dan laut, sejak usia sembilan tahun Jay mulai belajar surfing, berselancar diatas ombak. Dari situlah kisah hidupnya bermula. Jay berhasrat besar menaklukkan ombak raksasa di lokasi surfing Mavericks, Half Moon Bay, California.

Pada tahun 1994, cita – cita Jay terpenuhi. Dalam usia enam – belas tahun, ia menaklukkan Mavericks. Padahal peselancar yang lebih dewasa pun tidak semuanya mampu menaklukkan Mavericks. Kemahiran Jay menjadi buah bibir. Foto yang diambil ketika ia nampak berdiri diatas ombak setinggi tujuh meter menjadi cover majalah peselancar ternama negeri Paman Sam itu, Surfer magazine. Itu adalah titik awal dimana Jay mulai dikenal sebagai peselancar professional. Jay berselancar bukan karena ingin pamer, ingin memenangkan kejuaran atau ingin masuk majalah dan sebagainya. Jay berselancar karena ia menikmati kegiatan itu sebagai bagian dari panggilan jiwanya. Walau mendapat banyak penghargaan dan akreditasi peselancar professional, Jay acapkali disebut sebagai soul-surfer. Mencintai olah raga selancar air dengan sepenuh jiwa, ombak dan lautan lah yang menjadi tujuan hidupnya. Wow, sambil Koprol? 

Baca juga :  Kepleset Faktor-U

Hidup Jay sederhana saja. Bertempat – tinggal dekat dengan laut. Gemar memandang ombak yang pecah. Lalu menjadi pencinta olah – raga selancar air. Jay bahkan bekerja di toko perlengkapan surfing dan menikahi kekasih yang dikenalnya sejak masa kanak – kanak yaitu Kim. Seolah hidup Jay sejak awal sudah dijodohkan dengan laut, ombak dan papan selancar. Sejak tahun 1994 itu popularitasnya sebagai peselancar kian mendunia. Sehingga Jay mulai bepergian berselancar ke banyak tempat. Tragis karena sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-23 yaitu pada tanggal 15 juni 2001, Jay tewas karena tenggelam di kepulauan Maladewa. Tanpa ditemani oleh siapapun ia melakukan free-diving. Menenggelamkan diri tanpa peralatan hingga ke dasar laut sambil menahan nafas. Jay sudah terbiasa melakukan latihan ini selama bertahun – tahun. Rupanya entah mengapa di kepulauan Maladewa itu nafas tidak lagi menyambutnya menyembul ke permukaan laut. Rekan – rekannya menanti untuk makan siang namun Jay tidak pernah muncul. Sore hari tubuhnya ditemukan telah tak bernyawa.

jay1-26
foto: livelikejay.org

Itulah Jay, seorang pesohor yang tidak mencari gemerlap kehidupan bak selebriti. Ia menikmati hidup sebagai surfer sepenuhnya, live to the fullest. Kisah hidup Jay menginspirasi film “Chasing Mavericks” yang dibintangi oleh Gerard Butler sebagai Frosty dan Jonny Weston sebagai Jay. Frosty adalah mentor/pelatih selancar Jay dan orang yang banyak mendampingi Jay sejak kecil hingga dewasa. Orang tua Jay sendiri berpisah sejak Jay kanak – kanak. Lebih dari sekedar film, inspirasi Jay yang tewas demi kecintaannya pada laut dan profesi peselancar mengetuk hati banyak orang. Hingga muncul pula slogan “Live like Jay” atau “Hiduplah seperti Jay.” Bukan berarti kita harus langsung nyemplung ke laut saat ini juga dan belajar berselancar. Bukan itu! Kita harus hidup dengan menjawab tantangan yang ada dalam diri kita. Hidup sebagaimana yang dimaksudkan oleh tuntunan kehidupan ini sendiri dengan cara mendengarkan suara hati dan jujur menjadi diri sendiri.

Baca juga :  Membangun Kejujuran Diri

Tantangan Dalam Kehidupan

challenge
foto: www.yourinnerstrong.com

Dari rangkuman kisah, saya berkesimpulan bahwa ada tiga tantangan yang harus dijawab dalam hidup ini. Tantangan pertama adalah kemampuan mengontrol reaksi kita terhadap lingkungan sekitar. Ini seperti yang dilakukan oleh Derice Bannock dan kawan – kawan ketika bergabung membentuk team kereta seluncur es pertama dari Jamaica, cerita yang juga diadaptasi dari kisah nyata. Tantangan kedua adalah mengerti hal yang menjadi keterbatasan kita. Mirip dengan yang dialami oleh Scott Lutz  bahwa ia ditakdirkan untuk menikmati hidup dengan cara biasa (profesinya adalah pengacara), menjaga keselamatan diri demi orang – orang yang dicintai. Dan tantangan ketiga adalah mendobrak masuk ke dalam hal yang tidak akan pernah lagi membatasi kita. Live to the fullest, hidup sepenuhnya sesuai dengan panggilan jiwa. Maka sering dinasihatkan bahwa hiduplah seolah hari ini adalah hari terakhir bagi kita. Bukan lalu dipergunakan untuk seenaknya dan bersantai. Namun untuk melakukan hal yang paling kita dambakan.

Ketiga tantangan tersebut sulit dikenali ketika usia kita lebih muda, karena ketiadaan atau minimnya pengalaman. Bertambahnya usia akan memampukan kita mengenali ketiga jenis tantangan yang barangkali sudah bolak – balik menyapa kita dalam berbagai peristiwa. Paling kasihan adalah orang yang bertambah usia namun tidak bertambah kedalaman pemikirannya, alias hanya panen uban! Sementara itu semua orang akan terus diuji, sampai dimana akan mampu menjawab tantangan hidup? Hingga hari ini, ayah saya yang berusia sekitar enam – puluh lima tahun masih saja berlayar di lautan dan menarik tongkang. Yup, ia adalah pelaut sejati! Pernah ayah mencoba bekerja di daratan dan menjadi manager dalam perusahaan keluarga, tetapi hal itu membuatnya sangat tidak bahagia. Wah, jangan tanyakan apakah saya juga menjadi keras kepala dalam menjawab tantangan hidup seperti ayah! Saya telah menemukan semua jenis tantangan itu dan hingga hari ini masih terbingung – bingung bagaimana cara terbaik untuk menjawabnya. Namanya juga tantangan, serem akh,…

jaymoriarty
foto: maxineashton21.wordpress

Jay Moriarity

16 Juni 1978 – 15 Juni 2001

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *