Fiksi  

Berdoa di Facebook, BBM-an Sama Tuhan

Kalau dulu manusia diajarkan berdoa di tempat yang sepi. Pergi ke hutan atau di gunung. Setelah ada rumah ibadah, mulailah manusia berdoa di sana atau di kamar yang sunyi.

Berdoa menjadi waktu yang khusus untuk bercengkrama dengan Tuhan. Pun untuk berkeluh kesah atas penderitaan hidup.

Melalui doa manusia berkomunikasi dengan penciptanya. Tidak butuh alat canggih komunikasi buatan manusia. Sebab Tuhan telah memberikan ‘alat yang khusus’ bagi setiap manusia untuk berkomunikasi dengan-Nya.

Kapan saja. Di mana saja. Tidak butuh biaya dan syarat ketentuan khusus yang menjlimet. Hanya butuh kesediaan dan kebersihan hati. Kepasrahan dan ketulusan.

Namun memasuki jaman teknologi. Hadirnya internet dan jejaring sosial yang menjadi alat untuk berkomunikasi antar manusia. Membuat manusia berinovasi dalam memanjatkan doa. Manusia memang makhluk yang penuh kreasi.

Adek, begitu gadis munggil yang masih duduk di kelas empat SD biasa dipanggil. Manis dan lucu. Anak yang ceria. Walau belum memenuhi persyaratan dalam hal umur untuk menjadi anggota di Facebook. Nyatanya Adek bisa memiliki akun. Foto profilnya pun Princess Cinderella.

Karena kedua orang tuanya lebih banyak sibuk di luar, Adek memiliki kebebasan waktu di rumah usai pulang sekolah. Umumnya anak-anak dunianya adalah bermain. Karena jaman sudah modern, maka mainannya adalah gadget dan sejenisnya.

Baca juga :  Ingin Hebat Tuhan Dihujat

Dengan iPad atau BlackBerry keluaran terbaru pemberian orang tuanya, Adek bebas menggunakannya. Selalu di bawa ke mana-mana sebagai teman setia. Bahkan menjadi teman saat tidur.

Seperti umumnya anak-anak seusianya yang memanfaatkan gadgetnya untuk bermain game. Selain itu alat pintar itupun digunakan untuk berkomunikasi dengan orang tua dan teman-temannya. Facebook-an dan BBM-an sudah menjadi pemandangan umum dalam keseharian sekalipun bagi anak-anak.

Dalam keseharian Adek ditemani Mbak Anni yang sejak Adek belum lahir sudah bekerja di keluarga Pak Broto. Sudah dianggap seperti keluarga sendiri. Segala urusan Adek sudah dipercayakan ke Mbak Ani. Boleh dibilang, Mbak Ani adalah orang tua kedua bagi Adek. Selama ini Adek memang lebih banyak tidur bersama Mbak Ani. Berpelukan lagi.

Tatkala Adek sibuk dengan gadgetnya, Mbak Ani pun larut bergaul di jejaring sosial. Suka menulis juga di blog menceritakan kehidupannya sehari-hari. Lumayan memanfaat waktu luang, pikir Mbak Ani. Kalau tidak salah, Mbak Ani aktif menulis di blog Kompasiana.

Adek walau setiap hari ditinggal pergi kedua orang tuanya yang super sibuk. Tak merasa kesepian. Tetapi yang namanya rindu akan kebersamaan dengan keluarga pasti ada.

Selain Mbak Ani, janda satu anak dan Mas Parto, juru kebun yang menemani di rumah. Adek sudah cukup sibuk dengan alat-alat canggih yang dimilikinya.

Baca juga :  Alam Kekal

Adek pun sering menuliskan doa-doa di statusnya,”Tuhan, sesekali tolong bikin papa mama gak sibuk dong, supaya Adek bisa jalan-jalan.”

“Tuhan, boleh tanya gak, nomor PIN BB-nya berapa? Adek kan pengen BBM-an sama Tuhan kalau ada yang mau ditanya. Abis Mbak Ani atau Bu Guru ditanya suka gak tahu. Kalau Tuhan kan pasti tahu. Tanya Papa ama Mama suka gak dijawab.”

Membaca status Adek, Mbak Ani jadi senyum-senyum,”Adek, Adek, Tuhan mana punya BB? Lagian Tuhan itu sibuk. Gak sempat BBM-an tuh!”

“Masak sih, Mbak! Emang Tuhan gak kebeli BB apa? Kalau bisa BBM-an sama Tuhan, kan enak Mbak.” ucap Adek dengan polos.

Mendengar perkataan Adek, Mbak tertawa tapi kemudian menghiburnya,”Adek, mungkin suatu saat bisa kali ya kita bisa BBM-an sama Tuhan.”

“Ngomong-ngomong, Mbak. Doa-doa Adek yang ditulis di FB itu kira-kira dibaca sama Tuhan gak ya? Apa Tuhan sempat? Soalnya teman-teman Adek juga banyak yang berdoa di statusnya!”

Kali ini Mbak Ani tak bisa tersenyum apalagi tertawa. Tapi larut dalam benaknya untuk mencari jawab. Apakah Tuhan masih sempat membaca doa-doa yang ada di dinding Facebook?

Author

Respon (2)

  1. Crita yg sungguh unik….kepolosan seorang bocah yg menginginkan perhatian orng tuanya…ehmmm…:-)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *