Gaya  

Haji Jokowi

Tempo.co
Tempo.co

Entah kebencian apa yang dimiliki orang – orang, sehingga begitu bernafsu dan bersemangat untuk menyebarkan fitnah. Kehilangan kewarasan, hati, dan pikirannya. Tak habis pikir.

Begitulah yang bisa kita saksikan di media sosial saat ini. Tidak kapok – kapoknya  menyebar fitnah. Terutama yang tertuju pada calon presiden Pak Jokowi. Dari fitnah ibunya Nasrani sampai difitnah bohong soal titel hajinya yang  padahal tidak dicantumkan di namanya.

Jokowi dituduh bohong karena tidak bisa membuktikan kalau pernah menunaikan ibadah haji. Bukti foto yang ada pun dianggap sebagai kebohongan. Karena dianggap cuma rekayasa.

Ampuun, benar – benar kebencian entah sebesar apa mereka kepada Pak Jokowi sampai masalah haji dijadikan bahan fitnah.

Begitu semangat menyebarkan fitnah ini ke antero jagat tanpa mau tahu kalau semua itu adalah fitnah yang dikatakan lebih kejam daripada pembunuhan.

Yang kasihan adalah begitu banyak orang – orang yang tidak mengerti apa – apa terhasut semua fitnah yang keji. Tetapi yang menggelikan walau yang disebarkan itu adalah fitnah tetap merasa paling benar. Apalagi dapat meyakinkan banyak orang.

Baca juga :  Belajar Hidup dari Kematian Sisca Yofie

Satu demi satu fitnah ditebar untuk menjatuhkan. Namun satu per satu pun  terbantahkan. Soal gelar haji Pak Jokowi yang dianggap sebuah kebohongan dan ramai menjadi olok – olok mereka yang membenci Pak Jokowi akhirnya pun terkuak kebenarannya oleh pengakuan dari  juru bicara Tim Sukses yang berseberangan dengan kubu Pak Jokowi, Tantowi Yahya.

Seperti yang diberitakan Tempo. co, Tantowi meyakinkan apabila foto yang dirilis kubu Pak Jokowi benar adanya. “Iya, itu benar. Itu, kan, pada tahun 2003 dan kami dengan rombongan foto bersama,” demikian pengakuan Tantowi pada Tempo, Jumat, 27 Juni 2014.

Lebih lanjut Tantowi menambahkan,”Itu kan saya juga yang memberikan testimoni membantah isu bahwa Jokowi nonmuslim. Saya tidak diam saja waktu itu. Justru saya meluruskan.

Walau fitnah telah terbantah, tapi entah fitnah apalagi yang akan hadir. Tidak pernah jera dan putus asa. Untuk urusan fitnah Pak Jokowi memang komplit mendapatkannya. Datang bertubi – tubi dahsyatnya bagai tsunami .

Baca juga :  Oseola McCarty Buruh Cuci Penyumbang Dunia Pendidikan Di Amerika

Dalam situasi ini memang sangat diperlukan kejernihan pikiran dan kebeningan hati untuk melihat semua persoalan. Sebab emosi dan integritas kita sedang dipertaruhkan.

Kita mungkin lupa bahwa pemilihan presiden adalah pesta demokrasi, sehingga pesta ini kita jadikan pesta caci – maki dan saling menebar benci. Tak dipungkiri ada di antara kita yang harus memilih salah satu karena kebencian kepada calon yang satu lagi. Bukan disebabkan itu yang terbaik.

Apa yang akan terjadi setelah pesta demokrasi ini usai nanti? Apakah masih akan sibuk berperang kata dan masih memendam kebencian dan masih menyisakan bara dendam, sehingga lupa untuk menyadari perilaku  buruk yang telah terjadi untuk membuat kita terjaga? Sebaliknya tetap membuat kita bangga?

Semoga masih ada tersisa kesadaran, bahwa kita semua hidup dan bernaung di dalam satu keluarga yang bernama Indonesia.

Respon (2)

  1. Mamang saat suasana sekarang ini apa saja dapat dijadikan issue… mereka tidak bertanggung jawab..lagian masalah Haji kan urusan dengan yang Diatas…ckckck

  2. mmmm…Pak Jokowi luar biasa sabar dan tabah… kalo saya diterpa blekkempein gitu… mutung langsung — mundur jadi capres…. mending jadi ketua RT-lah asal hidup bahagia dan damai.. menurut saya dia bertahan demi bangsa —http://ketikketik.com/wp-content/plugins/wp-monalisa/icons/wpml_cool.gif

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *