Gaya  

Kesuksesan Sejati, Kegagalan Duniawi

Seseorang sejatinya layak dianggap sukses dalam hidupnya adalah ketika ia mampu meninggalkan zona nyaman kehidupannya untuk bersusah payah demi melayani dan membimbing orang lain. Secara materi _yang menjadi ukuran sukses dunia_ tidak mendapatkannya, namun ada kebahagiaan yang tak terkira.

Secara keduniawian bisa jadi dianggap gagal ketika seseorang memiliki kemampuan untuk meraih kesuksesan dalam berkarir. Tetapi justru bekerja yang tidak menghasilkan materi. Untuk ukuran dunia adalah dianggap sebagai kebodohan.

Boleh dibilang dari kaca mata keduniaan seseorang yang berpendidikan tinggi tapi bekerja tidak menghasilkan apa-apa adalah sebuah kegagalan. Gagal memanfaatkan ilmu dan kemampuannya.

Baca juga :  Sudah Ditipu Masih Tak Percaya Sidia Scammer

Namun seseorang oleh panggilan suara hatinya berani meninggalkan hidup yang mendatangkan banyak materi untuk melayani sesamanyanya itu adalah sukses yang sesungguhnya.

Tidak banyak yang berani hidup mengikuti panggilan hatinya. Tapi tidak sedikit pula yang dengan tulus tergerak menuruti panggila hati demi menyalurkan cinta kasih. Walau harus meninggalkan zoman nyaman kehidupannya.

Saya mengenal beberapa teman demi melayani umat manusia yang dalam kesusahan dengan mengorbankan kehidupan pribadinya. Bukan hanya melayani. Tapi juga membimbingi kerohaniannya untuk lebih mengerti makna kehidupan ini.

Bahkan ada yang masih remaja. Sekolah tinggi lulusan luar negeri. Tapi demi suara hatinya yang terdalam mengabdikan diri untuk melayani dan membimbing umat manusia tanpa menerima gaji. Karena semata-mata demi Sang Pencipta yang telah memberi kehidupan sebagi balas budi.

Baca juga :  Jangankan Membunuh Manusia, Membunuh Tuhan pun Dilakukan

Secara fisik memang tampak lelah dan menderita. Dari matahari terbit sampai tengah malam beraktivitas. Kelihatannya menyedihkan. Karena seringkali niat yang tulus untuk melayani masih saja disalahpahami.

Tetapi semua terbayar, ketika melihat orang-orang yang dilayani bersuka cita dan dapat mengubah dirinya untuk memahami hakekat kehidupan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *