Sebelum menjadi basi, saya masih ingin mengulas Java Jazz 2014. Bolak – balik ke panggung aneka musisi manca, satu – satunya yang membuat kami terhipnotis adalah panggung Dave Koz dan kawan – kawan. Kalau ditanya, ya saya suka Jazz! Tetapi ketika Jazz kemudian disajikan dengan sangat kental, penuh ornamen bunyi – bunyian dan terlalu kontemporer, sejujurnya saya mengantuk. Ruh saya sebagai penikmat Jazz belum sangatlah mumpuni. Untuk musik Jazz yang ringan dan mudah dicerna, saya suka. Nah, Dave Koz yang kawan – kawan adalah salah satunya.

Saya tahu Dave Koz, pemain saxophone ternama yang sudah bolak – balik ke Jakarta. Entah berapa kali Java Jazz ia selalu rajin manggung disitu. Namun baru kali ini saya sempat menyaksikannya secara langsung. Tadinya saya sangsi. Saya terbiasa menyaksikan musisi dan penyanyi. Dalam benak saya, musisi itu fungsinya hanya mengiringi si vokalis. Tanpa adanya vokal manusia, musik akan terasa kering dan kosong. Ternyata saya salah! Saya sungguh terpesona dengan kemahiran Dave Koz dan kawan – kawan yang mampu membuat saya tak bergeming dan melupakan olahan vokal manusia. Suara saxophone dapat begitu berjiwa dimainkan oleh para maestro!

Keempat anggota kwartet yang muncul di panggung Java Jazz 2014 pada 2 Maret itu antara lain adalah Gerald Albright, Mindi Abair dan Richard Elliot, selain dari Dave Koz sendiri. Masing – masing muncul dengan satu single dan diiringi oleh ketiga kawan lainnya. Lalu dalam beberapa session mereka bermain bersama secara kwartet. Ada kalanya saling bersahut – sahutan antara masing – masing suara saxophone. Mempesona bahwa alat musik dapat menggantikan vokal manusia. Tapi benar adanya. Bahkan seolah – olah ada komunikasi antara keempatnya melalui suara sax. Duet Dave Koz dan Mindi, terasa romantis sekaligus membius. Single Gerald Albright menghentak dan tarikan sax Richard Elliot terasa sangat kuat bertenaga. Secara pribadi saya paling menyukai permainan saxophone dari Richard Elliot.

Lagu – lagu yang muncul antara lain adalah Got to Get You in My Mind, I Feel Good, 25 or 6 to 4, Reasons dan That’s the Way I Like It. Interaksi diantara para maestro saxophone sendiri sangat menarik. Dave Koz menyebut Gerald dalam bermain sax seolah menghidupkan kembali James Brown. Adegan lucu muncul ketika Dave Koz sedang sibuk berteriak “saya cintahhh.. Indonesia” dengan keringat bercucuran, mendadak Mindi Abair muncul dengan tissue dan menghapus keringat di wajah Koz. Dengan manis Dave menyebut, “Saya cinta Mindi jughaaa…” Lalu para penonton tertawa riuh. Keakraban empat musisi papan atas itu sangat menghidupkan suasana bagi para penggemar. Apalagi Mindi, satu – satunya pemain sax wanita, termuda di panggung itu, sangat cantik dan penampilannya seksi menawan. Saya suka warna rambut Mindi yang kuning pucat, kontras dengan raut cantik wajahnya. Ditengah kesibukan bermain sax, mendadak Mindi tampil bernyanyi dan suaranya, oke banget! Saya tak habis pikir, meniup saxophone sekian lama diatas panggung, masih menyempatkan diri bernyanyi dengan suara yang tak ada nada sumbangnya. Itu benar – benar luar biasa!

Tak lupa para musisi juga memainkan lagu demi mengenang salah satu kawan mereka yaitu George Duke yang telah tiada Agustus 2013 lalu. Menarik untuk dicermati bahwa para pemain saxophone papan atas dunia ini tampil kwartet layaknya sebuah keluarga. Kolaborasi yang sangat manis dan kompak, satu dengan lainnya saling mendukung. Gerald Albright pernah mengiringi Quincy Jones, Whitney Houston dan Phil Collins. Mindi Abair pernah berkolaborasi dengan Adam Sandler dan Steven Tyler (Aerosmith). Richard Elliot yang dulunya adalah pemain band Tower of Power, karirnya menghentak ketika merekam lagu lama Percy Sledge yaitu “When a Man Loves a Woman”. Dave Koz yang sudah menjadi pengunjung tetap Jakarta tentunya menjadi pemimpin dan sekaligus musisi yang paling menguasai panggung Java Jazz. Dave Koz sudah lama merintis karir dan bermain bagi musisi seperti Bobby Caldwell dan Richard Marx. Seperti biasa para penggemar selalu tak puas dan berteriak we want more setiap para musisi meninggalkan panggung. Seolah tak ingin mengecewakan kami, mereka pun tampil kembali mengguncang panggung Java Jazz dengan lagu penutup. Dave Koz, tahun depan datang lagi, please? Ajak kawan – kawanmu ya!
Bonus : Richard Elliot – Yaquala
Dulu saya gak suka musik jazz, tapi belakangan mulai suka..kalau Dave Koz rasa2nya kenal deh hehhe
kenalan dimana Bung Kate?? :think:
Biasalah hhihih
aku lumayan suka musik jazz… Gerald Albright kayaknya sering manggung di mari yakk???
Kayaknya seringan Dave Koz-nya…