Gaya  

Narsis, Bodoh, Atau Males Mikir?

sd

Di kompleks saya, makin hari gelar tukang ojek sebagai monster jalanan makin tergerus luntur. Gelar itu sekarang diemban oleh anak-anak kecil pengendara motor. Saya pribadi tidak pernah bisa memahami jalan pikiran para ortu yang sudah mengajari anaknya naik motor di usia dini. Usia 9-11 tahun adalah usia umum ‘kursus’ mengendarai motor di sini.

Bayangkan! Anak-anak seusia itu ngupil sendiri saja belum bisa bersih, lha kok sudah diajari mengendarai motor? Saya benar-benar tidak tahu, para ortu itu sudah gila, ataukah saya yang ketinggalan jaman?

Bukan pemandangan aneh di sini, melihat skutik berukuran cukup gambot ataupun motor sport seperti meluncur sendiri. Saking mungilnya si pengendara. Lha saya saja beraninya cuma pakai skutik mungil, menyesuaikan dengan panjang kaki, kok mereka bisa pakai motor segede itu. Hebat apa maksa?

Suami saya kadang-kadang melongo sendiri melihat anak yang ukurannya cuma sedikit lebih gede daripada anak kami yang baru berumur 10 tahun itu, wara-wiri seenaknya pakai motor sport 200 cc. Saya saja pernah mencoba masukin tiger suami saya ke dalam kandang, gagal. Hampir ketiban malah. Berat bo’!

Baca juga :  Banyak Kemungkinan

Belum lagi kalau melihat mereka berboncengan sampai 3-4 orang. Haduuuuh! Itu ortunya tahu nggak sih kalau kelakuan anaknya di jalanan seperti itu? Nggak hanya sekedar berboncengan rombongan begitu, masih ditambah ngebut pula! Saya malah jadi pusing sendiri saat melihat itu terjadi tepat di depan mata saya.

Banyak sekali akal-akalan ortu demi anak kicitnya bisa mengendarai motor. Ada yang bela-belain beli motor bekas buat belajar. Ada juga yang mengganti ban standar dengan ban kurus kering hanya supaya motornya jadi lebih pendek. Ada yang sampai mengerok sadel motor untuk menghasilkan efek yang sama. Bahkan ada yang melakukan ganti ban dan kerok sadel sekaligus! Sampai speechless melihatnya.

Baca juga :  Pesta Fitnah

Kasus kecelakaan yang menimpa pemotor anak-anak di sini cukup banyak jumlahnya. Bahkan kasus penodongan pun sudah beberapa kali terjadi. Tapi hal-hal tersebut tidak menyurutkan niat para ortu untuk mengajari anak-anaknya mengendarai motor di usia sedini mungkin. Sepertinya ada kebanggaan lebih bila makin muda usia anak sudah bisa mengendarai motor. Juga tanggapan enteng bahwa kecelakaan atau penodongan adalah ‘nasib’, bahkan dianggap ‘takdir’. Hal-hal yang tidak bisa saya pahami juga.

Jadi, itu ortunya narsis, bodoh, atau males mikir?

Selamat pagi…

Salam ketik-ketik,
Lizz

(Artikel ini pernah saya tayangkan di www.kompasiana.com pada tanggal 10 April 2013 )

SUMBER GAMBAR : oto.detik.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *