Setelah puluhan tahun Presiden Soeharta berkuasa dengan dinasti Orde Baru sampai kemudian dijatuhkan oleh gerakan Reformasi yang merindukan perubahan. Ternyata sampai hari ini, perubahan yang didengung-dengungkan belum memberikan hasil nyata. Walau sudah berkali-kali terjadi pergantian pemimpin.
Pemerataan pembangunan masih timpang. Kesenjangan ekonomi masih terampang. Penegakkan hukum masih jadi dari harapan. Korupsi tetap merajalela. Yang berkuasa bagai raja tak lelahnya menguras uang negara demi memerkaya diri.
Sulit menemukan pemimpin yang bersih dan mau mengabdi. Karena kekuasaan lebih menjadi tujuan. Di antara rakyatnya yang masih hidup susah masih rela bermewah ria. Ini sudah pemandangan biasa.
Tetapi setahun belakangan ini, tiba-tiba hadir sosok yang menjadi perbincangan dan harapan. Sosok yang kepopulerannya melesat bagai meteor. Tak terbendung dan banyak dukungan kepadanya untuk maju sebagai calon presiden pada Pemilu 2014.
Joko Widodo atau yang populer dengan Jokowi, mantan Wali Kota Solo dan kini menjabat Gubernur Jakarta.
Tampilnya Jokowi sebagai pemimpin baru di Jakarta dan kiprahnya dengan gaya blusukan memang menarik simpati rakyat.
Jokowi adalah pemimpin dengan jejak yang bersih, sederhana, mau bekerja keras dan melayani rakyat. Tidak banyak omong kosong seperti kebanyakan pemimpin selama ini. Itu sebabnya dalam setahun memimpin Jakarta sudah banyak memberikan hasil nyata untuk sebuah perubahan.
Kenyataan ini tak heran membuat rakyat menaruh harapan pada untuk menjadi presiden. Tidak sedikit suara, bahwa lebih baik golput, kalau calon presidennya bukan Jokowi. Karena calon-calon yang ada masih muka lama yang sudah diketahui rekam jejaknya.
Harus diakui, hadirnya sosok Jokowi bagaikan kerinduan seorang gadis pada pangerannya.
Apakah Jokowi adalah sosok pemimpin yang akan membawa perubahan untuk Indonesia yang lebih baik dan berjaya sebagai negara besar? Tentu masih perlu waktu untuk membuktikan.