Gaya  

Menjawab Tantangan (II)

skydive
foto: dyom.gtagames.nl

Scott Lutz – Electrocuted Skydiver

  • Scott Lutz adalah seorang pria yang menggemari olah raga menantang maut. Suatu ketika ia mencoba melakukan skydiving atau terjun payung. Dalam  tayangan yang dibesut oleh National Geographic nampak bahwa kegiatan yang semula dimaksudkan sebagai hobby pengisi waktu itu menjadi inisiden menakutkan yang berserempetan dengan maut. Scott yang terjun dengan didampingi oleh kedua instrukturnya salah menarik sebuah handle sehingga menyebabkan parasut utamanya terlepas. Ketika parasut terlepas, sebuah tarikan kuat menyentakkan Scott dan memisahkannya dari para instruktur. Beruntung Scott mampu membuka parasut cadangan sehingga ia tetap dapat melayang turun dengan mulus.

Ternyata kejadian tidak berhenti disitu. Scott yang meluncur turun ke darat diarahkan oleh pemandu lapangan dengan menggunakan microphone. Pemandu tersebut secara tidak sengaja mengarahkan Scott pada kabel tegangan listrik raksasa yang ada didekatnya. Kecelakaan tidak dapat terelakkan karena Scott pada akhirnya menabrak tiang listrik raksasa. Sebuah bola api yang besar nampak muncul. Dari kejauhan para pengamat merasa cemas dan pucat pasi. Apa yang akan mereka temukan? Seonggok tubuh yang gosong dengan tulang retak karena jatuh? Atau seonggok tubuh yang mati mendadak karena jantungnya tersengat listrik? Rupanya Scott termasuk jenis manusia kucing dengan sembilan nyawa. Ia tidak mati, bahkan seminggu dirawat di rumah sakit keadaannya pulih total. Keberuntungan meliputinya, ketika bersentuhan dengan kabel listrik ia berada dekat tiang dan bukannya ditengah. Bola api muncul di tengah yang merupakan perpaduan lengkungan tiga kabel besar sekaligus. Scott hanya menyentuk satu kabel dan tersengat dari pinggang ke bawah kaki. Hal ini menyebabkan bagian tubuh dan kepalanya selamat dari sengatan listrik.

Mengapa ada manusia seberuntung itu? Kembali hal ini menjadi misteri Ilahi. Menurut Scott ia sudah kehilangan tiga nyawa cadangannya. Pertama ketika parasut utamanya terlepas. Kedua bisa jadi ia mati hangus karena dilistrik. Dan yang ketiga bisa jadi mati remuk karena jatuh dari ketinggian. Tapi Scott terselamatkan oleh suatu keajaiban. Jawabannya sederhana, belum waktunya bagi Scott untuk ‘berangkat.’ Ketika terjun bebas dengan pengalaman nyaris mati, Scott sempat memikirkan ibunya yang tahun itu baru saja kehilangan kakak lelakinya karena meninggal dunia. Terbayang oleh Scott bagaimana ibunya akan patah hati jika dalam setahun kedua puteranya meninggal. Hanya itu pikiran yang melintas dalam benak Scott. Ia takut jika ibunya menjadi gila atau depresi karena kehilangan anak – anaknya sekaligus dalam masa bersamaan. Untunglah Scott selamat sehingga ibu yang disayanginya tidak perlu lagi merasa khawatir.

Baca juga :  "FAMILY" Sebuah Renungan

Terdapat pro dan kontra dalam tayangan yang menampilkan kecelakaan yang dialami Scott. Sebagian pengamat mengatakan bahwa Scott sendiri kurang trampil dan cekatan dalam melakukan upaya skydiving. Nampak jelas dalam tayangan video bahwa instruktur berusaha meletakkan tangan Scott pada handle penarik parasut, namun Scott ngotot meletakkan tangannya pada handle pelepas parasut. Efeknya sangat berbeda! Yang satu untuk membuka parasut dan yang berikutnya untuk melepas parasut dari tubuh. Kemudian ketika operator mengarahkan pendaratan sebenarnya dari jauh Scott juga sudah melihat adanya jajaran tiang listrik raksasa. Sang operator rupanya tidak melihat dengan jelas posisi Scott sehingga arahan yang diberikan salah. Seharusnya Scott menggunakan insting untuk bertahan hidup dengan menghindari tiang – tiang listrik, namun ia percaya saja dan terus menuruti arahan hingga akhirnya menabrak tiang listrik. Sebuah eksperimen dilakukan dengan empat penerjun. Ternyata tiga penerjun tidak mau terjun sesuai arahan ketika melihat suatu halangan. Mereka menggunakan insting sendiri untuk mendarat di tempat yang aman. Satu penerjun yang terjun di tempat yang sudah ditentukan tetap mengikuti arahan walaupun ada halangan berupa barisan balon – balon. Alasannya karena memang sang operator sudah berpengalaman dalam mengarahkan para penerjun payung. Ini adalah insting untuk percaya kepada teamwork.

Pro dan kontra banyak menuding bahwa Scott tidak mahir untuk berpikir dan memutuskan dalam keadaan genting. Sementara menurut pendapat saya pribadi, Scott masih menjadi siswa skydiving yang hijau pengalaman. Wajar jika ia percaya sepenuhnya pada instruktur dan operator yang mengarahkan pendaratan. Di akhir tayangan Scott nampak bersantai dan melakukan olah raga golf dengan sahabat yang kala itu juga sempat mendampinginya terjun payung. Dengan bercanda Scott berdalih bahwa ia sudah kehilangan 3 nyawa dan mungkin masih akan kehilangan kurang lebih 2 nyawa lagi karena bermain golf dengan sahabatnya yang secara tak sengaja pernah menemaninya bersapaan dengan maut tempo hari. Tapi tantangan yang dijawab oleh Scott kini adalah mendengarkan suara hatinya sendiri bahwa skydiving bukanlah panggilan jiwanya. Ia pernah mencoba, nyaris mati dan tidak mau kehilangan nyawanya. Scott tak mau istrinya berduka dan ibunya patah hati jika seandainya suatu hari nanti ia benar – benar mati karena skydiving. Singkatnya Scott kapok! Mengerti batasan tentang kemampuan diri sendiri adalah salah satu tantangan yang patut kita jawab. Pada suatu titik, apakah kita akan melanjutkan atau berhenti hingga disini? …

Baca juga :  Menjadi Kaya Raya
foto: channel.nationalgeographic.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *