Gaya  

Orang-orang Kuat

www.ilikepics.com
www.ilikepics.com

Orang-orang kuat adalah orang yang tiap pagi berkuat-kuatan mencari kelemahan orang lain, setiap siang mengais-ngais keburukan sesama, setiap sore memintal aib orang lain, malamnya ia menenun kekurangan manusia lain. Seluruh waktunya berpakaian ghibah. Orang ini memiliki wawasan kejahatan yang luas sekali, ia bersahabat dengan kalimat-kalimat perendahan manusia lain. Ia tahu usianya bertambah menurut deret hitung (1,2,3,4,5,6), tapi ia setia meng-add kejahatannya menurut deret ukur (1,3,5,8,12, 20 dst). Robert Malthus ini mengingatkan kita dengan sangat baiknya, walau itu cumalah teori kependudukan. Manusia punya kemajuan dalam me-request kejahatan, dan di-approve sehingga jumlah pertemanan kepada pembusukan diri, kian banyak. 

Baca juga :  Hati-hati Scammer Cinta Made In Indonesia

Seorang manusia, berusia 19 tahun, tindakan kekerasan ringan non-verbal dengan artikulasi ucapan buruk, mengumpat, mencela-cela, menghina-hina, merendahkan orang lain, sudah setara dengan usia 9 tahun. Jika orang dengan pola umum sering berkata: “Kalimat-kalimatnya melampaui umurnya”. Maka, orang ini justru sebaliknya, usianya berjalan, umpatannya berlari.

Orang seperti ini, dijebak oleh sikon psikologiknya sendiri. Menurutnya, satu-satunya membuat diri sendiri unggul di antara manusia lain adalah melemahkan orang lain. Hingga orang ini berpesta puji-puji untuk diri sendiri, dan berparade celaan untuk orang lain.

Sifat ini pun telah lama terparkir di jiwa esais ini, super sibuk mengintai keburukan orang lain, rajin mendendangkan kata-kata yang mengiris orang lain tapi malas menekuk kelemahan diri sendiri.

Baca juga :  Kuno Vs Klasik

Ah, sepertinya, hanya saya bernasib seperti ini. Sedang pertambahan usiaku tak sanggup ku-rem, begitu pula pikiran jahatku kepada orang lain. Keduanya alamiah begitu saja, walau sesungguhnya saya dapat memoles dan memerbaikinya, menyulam kebaikan sana-sini, khusnu dzoon. Namun, apa harus terjadi, terjadilah. Sebab separuh bumi pun telah disasaki oleh manusia yang setia dalam bergunjing. Aku hanyalah ikut-ikutan, turut ramai dan segalanya kuanggap biasa. 

Author

Respon (2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *