Kadang – kadang terlalu banyak tema dan gores peristiwa yang hendak dituliskan membuat kita jadi bingung. Sebenarnya apa tujuan atau poin utama sebuah tulisan? Yang termudah ya ‘curhat’ atau ‘curcol’ ; paling diandalkan oleh kaun hawa. Sementara kaum pria beda lagi, paling seru ngobrolin bola dan parpol! Pernah saya berjumpa dengan rekan baru, ketika itu menanyakan apa yang biasa saya tulis. Lalu saya jawab, ‘kebanyakan fiksi.’ Lalu dijawab simple olehnya, ‘Oh ya, wanita memang cocoknya menulis fiksi…’ Saya geli seolah wajah saya seperti rerimbunan bougenville atau sunflower. Saya bisa saja menulis tentang politik entah kubu Pak Rapopo atau Jendral Baret. Tinggal pilih ‘wani piro.’ Hehe,...Masalahnya saya tidak mau dan tidak suka, sesimple itu saja. Saya tahu beberapa penulis pria bahkan memiliki gaya penulisan yang mungkin lebih lembut dari para wanita, sebut Darwis Tere Liya atau Andrei Aksana. Sementara Djenar dan Ayu yang memang ‘wanita’ lebih gahar mengguratkan penanya dalam – dalam. Saya mencoba simple menulis ‘uneg-uneg’ ala saya.
Akhir – akhir agak sulit menulis lagi. Kali ini faktornya bukan eksternal tetapi internal. Ada yang sakit, ada yang wanprestasi, ada urusan dengan pihak bank, bahkan ada tetangga yang meninggal pun hingga tidak sempat melayat. Terbaru heboh karena skandal beberapa orang yang saya kenal di masa lalu. Duille,… banyak sekali permasalahan ngantre satu – persatu. Seperti yang pernah saya ungkapkan, karakter saya tidak banyak berubah sejak masa SMP atau SMA. Ketika menjadi orang dewasa dengan antrian permasalahan yang demikian, kadang – kadang saya menguras ingatan, “Jaman dahulu segala masalah ini kemana sih?..” Lalu saya sadar, “Oh semuanya dibereskan dan ditanggung oleh ibu!” Ibu yang membayar biaya sekolah, ibu yang mikirin penghasilan, ibu yang terus menasihati dan bahkan juga menuntut suatu standar kehidupan untuk saya capai. Ketika seseorang meremehkan posisi ibu atau calon ibu, heran banget saya (#lirik dinda)? Kok teganya misuh – misuhin ibu…. Walaupun dia itu bukan ibu kita, bisa jadi itu adalah citra ibu kita dulu ketika kelelahan dan berjuang dalam masa kehamilan. Jadi inget juga, sudah jelang Hari Kartini! DL -mu Dinda, ‘derita loe’ dihujat se-Nusantara.
Kembali ke masalah uneg – uneg ala saya. Masih bingung saya mengurai benang satu – persatu. Sudah lama saya tidak bertanya lagi pada seseorang (apalagi sejak ibu tiada), apa yang harus saya lakukan? Paling sering bertanya pada suami, itupun biasanya jawabnya mangut – mangut. “Yang terbaik menurut kamu saja,…” Heeeelhadalahh...Kenapa Tuhan menciptakan laki – laki ya? Hamil engga bisa, datang bulan engga ngerti rasanya. Ditanya adem ayem, masa bodoh. Tapi sudahlah karena memang secara hormonal berbeda, tidak bisa diharapkan banyak. Jadilah saya mengerjakan segala tetek – bengek. Ketika dulu bekerja, tetek – bengek adalah dari atasan. Dengan apresiasi yang nyaris jongkok, minim sekali kepuasan yang didapatkan. Ketika sekarang tetek – bengek adalah urusan pribadi, otak rasanya harus terus berputar. Whats next, … habis mengerjakan ini, mengerjakan apa lagi ya? Kadang – kadang secara simple saya menyusun pertama bebenah kasur, lalu nyapu lalu ngelap debu lalu ini dan lalu itu. Pekerjaan remeh – temeh, tetapi jika susunannya pas, akan ada sisa waktu untuk membaca, menulis atau hal lainnya. Kemewahan adalah yoga dan renang!
Beberapa hari ini ‘lolos’ dari tekad saya yang ingin menulis minimal sehari satu artikel. Kenapa? Ya itulah, … menjadi dewasa rasanya seperti kasir yang duduk didepan loket dengan antrian urusan dan permasalahan nomor satu hingga nomor seribu tanpa jeda makan siang atau istirahat lainnya. Bahkan ingin membaca dan menulis saja tak sempat. Kadang juga bukan masalah waktu saja, ada ‘ganjalan’ ketika permasalahan pribadi muncul. Bisa konflik keluarga, penyakit, masalah bisnis atau hal lainnya. Ujung – ujungnya puyeng. Boro – boro mau nulis. Bawaannya pengen tidur terus, mimpi jadi Rapunzel dan melupakan segala tetek – bengek yang amburadul itu. Hidup ini memang ‘berat’. Saya tak yakin uang segunung menjadi jawaban. Atau orang – orang seperti Donald Trump, Warren Buffet dan Oprah Winfrey yang berkilauan bak permata itu tak pernah memiliki permasalahan sama sekali. Permasalahan akan selalu ada bagi semua orang, hingga ke garis ‘finish’nya. Yang membuat perbedaan adalah cara masing – masing pribadi melakoninya. Maka nasihat – nasihat sederhana itu benar sekali adanya. Hormati orang – tua, rukun dengan pasangan dan sayangi anak – anak, sebelum mencapai garis finish. Sekian uneg – uneg kali ini. STOP DOING CRIME : kebanyakan curcol dan curhat!
foto: www.colourbox.com
komen sendiri : ini kenapa pula gambarnya nggak keluar??
karena belum dipasang featured image. sudah saya benerin mbak..
tengkyuuu mas don.. I love the new KK
Gleeekk ditelan uneg2nya deh..kalau saya kelemahannya, kalau hp gak di tangan malas menulis setiap hari, gak konsen dan betah duduk di depan komputer.
Gapapa…Yang penting sempatkan aja nulis “uneg2x” biar ngga jadi sakit lever atau ginjal hahahhaa…
iya, betul. penulis pria juga kalau menulis tidak kalah lembutnya dibanding wanita. hanya tinggal bagaimana mengolah kata saja.
salam
aku malah belum baca bukunya Tere Liye nih Vivi? Bisa minjemin? heheheh…
aku juga pengen bs satu hari satu tulisan mbak…tapi punya waktunya cm malem…(sok sibuk bgt aku)
tapi kadang ngantuk..terus bablas tidor…:D
tapi memang bener kok, waktu, lelah, mood itu semua musuh orang yang ingin nulis — aku waktu dan lelah masi bisa diusahakan tapi kalau udah BT,… susah banget mau nulis heheheh 😀