Buang Sial Tiga Kali
Perkara ditipu orang itu perihal yang paling jadi ujian bagi saya. Bukan kerugian materi tetapi kehilangan kepercayaan adalah mahal harganya. Herannya banyak sekali orang yang menjual murah kepercayaan, sayang ya? Beberapa waktu lalu saya minta tolong seseorang untuk mengurus sebuah copy surat terlegalisir. Ketika tahu saya hanya mengirim “dana sekian” sikapnya pongah sekali. Dengan “dana sekian” yang buat saya lumayan banget karena nilainya ratusan ribu, dia berbuat seolah – olah dewa. Lalu saya harus mengecek pekerjaannya. Bertanya liwat telepon atau liwat pesan text. Selama dua bulan diulur – ulur. Jawabannya acuh, bernada ‘ntar yaaa,…kalo gue sempet!’. Padahal uang sudah dikirimkan! Lalu ketika diingatkan lagi, rupanya yang bersangkutan sedang tidak enak badan dan dirawat dirumah. Menjawab client dengan pesan sebagai berikut, “Aku sedang sakit!!…Kamu kok memburu – buru sekali, ambil sendiri sanah!” Itu saya bayar beliau ratusan ribu rupiah. So sweet sekali sikapnya. Ketika suratnya datang, sama sekali TIDAK SESUAI dengan permintaan. Begitu pun dia tidak bertanya, “Apakah suratnya cocok dengan kebutuhan Anda?” Saya tidak mau berurusan lagi. Ini acara buang sial bagi saya, bukannya mengutuk tapi saya percaya kesialan akan menimpa orang yang tidak didoakan baik oleh orang – orang lain. Karena saya sudah banyak melihat buktinya.
Kedua kalinya adalah ketika ada teman lama yang manis dengan gaya uluran persahabatan menawarkan ‘produk – produk anu’ yang memang saya butuhkan untuk keluarga. Ketika kontrak dibuat dan komisi masih mengalir lancar, wah manisnya sikap bagaikan gulali. Ketika komisinya sendiri mulai tersendat Senin – Kamis, sikapnya mulai berubah. Terlihat sekali sebagai ‘penjaja jasa’ sangat rendah pengetahuan mendasarnya untuk membina relasi dan menyapa clients. Tidak ada ucapan ‘Selamat tahun baru.’ Tidak ada ucapan ‘Selamat Ulang Tahun.’ Atau basa – basi marketing yang para marketer pemula pun tahu caranya. Ini setiap kali kirim pesan atau kabar, selalu bunyinya, “Gimana kamu jadi mau pesan lagi produk berikutnya?” Ketika saya katakan, “Produk yang lalu ada sedikit hal yang harus diperbaiki atau dibenahi. Dan No, saya belum mau pesan produk berikutnya.” Pesan text saya sama sekali tidak dijawab atau dihiraukan. Silahkan tertawa, jika Anda sendiri pernah mengalaminya. Lagi – lagi ini adalah acara buang sial. Jadi tahu benar bahwa yang semanis gulali itu bisa jadi hanya permukaan saja, padahal yang ada didasarnya adalah bratawali. Alias sama sekali tidak mengerti tentang keperdulian. Memaafkan? Oke. Berteman lagi, nanti dulu!
Ketiga – kali, adalah teman yang sangat lama seolah berniat menjadi pemberi kerja. Boleh dikata kenal sejak usia 5 tahun. Kalau Anda kenal seseorang sejak bersama – sama usia lima atau enam tahun hingga hari ini. Apakah ada kemungkinan Anda akan mencurigai bahwa ia adalah setan yang bermukim dalam tubuh seorang teman? Tapi demikianlah yang saya alami. Kebaikannya adalah kedok dan segala nasihatnya berasal dari kitab iblis yang bermuarakan materialisme. Sehingga tanpa sadar saya diajaknya menukar nilai – nilai budi luhur dengan nilai – nilai rupiah. Ternyata pada akhirnya terbongkarlah kedok bahwa ia sangat menghitung setiap sen yang akan dikeluarkannya entah demi persahabatan, demi bisnis, demi karir dan bahkan demi pernikahannya sendiri! Setiap sen dihitung! Seolah ada sesosok iblis yang terus tak henti menghitung pundi – pundi dalam dirinya. Dan hanya itu yang menjadi tujuan semua laku, wicara, sikap dan tebaran kasih sayangnya. Dengan pandai ia memasang jerat dan pikat agar orang – orang tertarik kepadanya, untuk kemudian dicekiknya dengan masalah untung rugi. Bagi saya yang ini untuk memaafkan pun sulit. Setiap hari saya belajar untuk mencoba memaafkan,.. hingga hari ini. Tapi minimal yang dapat saya lakukan adalah pergi sejauh mungkin dari jangkauannya. Manusia dengan akal bulus yang luar biasa seperti ini akan tersenyum manis, menafikan kebenaran dan berkisah, ‘Saya baru pulang dari beribadah – yuk, … sama – sama berdoa untuk kebaikan!’ Bayangkan , horrornya!
foto : www.theatlantic.com
Buang Sial Tiga Kali
Ibu saya selalu berpesan, agar selalu berhati-hati (tidak mudah percaya) kepada setiap orang, entah itu orang yg baru dikenal maupun sudah lama dikenal. karena sifat setiap orang pasti akan mengalami perubahan, seiring berjalannya waktu. jadi, teman yg dahulunya baik, belum tentu sekarang bertambah baik, mungkin justru sebaliknya.
keep calm, kak Winda 🙂
Thanks Vivi, saya nggak mau prasangka jelek sama orang Vi,…nanti saya ngga awet muda lagi, malah jadi awet tua..bwahahhahahah….#kaburrrrrrrrr#…
Terbaca ada nada kemarahan nh hehhhe..ya kalau kita tak mampu mengasihi orang yang menyakiti lebih baik jangan lagi bergaul dengannya…Kalau sama saya jangan takut Ci, saya orangnya gak suka manis2 kok hihi risih
yaah itulah kenapa penduduk bumi jumlahnya milyaran…jadi diantara orang yang jahat. sebagian akan selalu ada orang yang baik…